TPA Jatiwaringin Cemari Lingkungan

TPA Jatiwaringin Cemari Lingkungan
TPA Jatiwaringin Cemari Lingkungan
”Tidak ada kompensasi apa pun dari Pemkab Tangerang. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih kami harus membeli air pikulan dari penjual dengan harga Rp 5 ribu satu galon. Coba bayangkan berapa kami membutuhkan air untuk berbagai kegiatan selama satu bulan dan berapa biaya yang kami keluarkan,” cetusnya juga. Penderitaan warga bertambah saat hujan datang. 

Pasalnya, ujar juga bapak satu anak ini, bau lebih menyengat akan menelungkup rumah warga saat hujan turun. ”Sampai-sampai untuk makan saja kami tidak kuat. Karena sangat bau. Peristiwa ini hampir tiap saat kami alami. Mulai pagi, siang dan malam,” terang pria yang sudah 30 tahun tinggal di Desa Buaran Jati tersebut. 

Napis juga mengatakan, tidak pernah ada tanggapan dari Pemkab Tangerang terkait keluhan warga yang sudah berulang kali disampaikan. ”Mulai kompensasi air tanah yang tidak lagi bisa digunakan, ganti rugi dampak dari penanganan sampah yang kurang baik. Kami ini orang kecil. Sampai jungkir balik mengadu penderitaan kami tidak ada yang dengar,” cetusnya juga.

Senada juga dikatakan Endi Suhandi, yang juga menjabat Sekjen Lembaga Forum Peduli Jatiwaringin (LFPJ) salah satu wadah yang tinggal di sekitar TPA Jatiwaringin. Dia mengatakan, kalau Pemkab Tangerang sepertinya tidak peduli penderitaan warga sekitar TPA Jatiwaringin yang terkena dampak dari pengolahan sampah yang berasal dari seluruh Kabupaten Tangerang dan beberapa perumahan mewah itu.

TANGERANG - Keberadaan Tempat Penampungan Akhir (TPA) Jatiwaringin yang berlokasi di Kecamatan Mauk, Kabupatan Tangerang sangat mengganggu kehidupan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News