Vaksin Demam Berdarah Telan Nyawa Tiga Bocah di Filipina

Vaksin Demam Berdarah Telan Nyawa Tiga Bocah di Filipina
Vaksin demam berdarah Dengvaxia. Foto: AFP

jpnn.com, MANILA - Jumat (1/12) pemerintah Filipina menghentikan program imunisasi nasional Dengvaxia, vaksin demam berdarah, yang diberikan kepada bocah usia 9 tahun.

Kemarin, Senin (4/12), pemerintah mulai menginvestigasi vaksin keluaran Sanofi Pasteur yang kabarnya tidak aman tersebut. Padahal, vaksin yang bertujuan mengantisipasi demam berdarah itu sudah kadung diberikan kepada 730.000 anak di seantero Filipina.

Departemen Kesehatan Filipina mengaku terpaksa menghentikan program imunisasi demam berdarah masal pertama di dunia itu karena mendengar laporan miring tentang Dengvaxia.

Kabarnya, ada tiga bocah yang meninggal dunia lantaran demam berdarah, padahal sudah divaksin Dengvaxia. Sejak pertengahan 2016 pun, WHO sudah menyebut keamanan Dengvaxia belum terjamin.

Riset WHO menyebutkan bahwa Dengvaxia justru bisa memperparah penyakit demam berdarah pada pasien yang baru pertama terserang penyakit tersebut pascaimunisasi.

”Mulai sekarang, pemberian vaksin ini tidak kami rekomendasikan kepada anak atau individu yang belum pernah terserang demam berdarah,” kata Ng Su-Peing, kepala medis global Sanofi Pasteur Filipina, kemarin.

Dia menyatakan, rekomendasi itu baru muncul setelah Sanofi Pasteur mendapatkan hasil laporan lengkap riset tim internal. Sebelumnya mereka menegaskan bahwa produknya aman.

Mendengar kabar tersebut, Presiden Rodrigo Duterte pun bergerak cepat. ”Kami akan melakukan investigasi secara lengkap dan menyeluruh. Dan, siapa pun yang terlibat dalam program tersebut dan kedapatan menyembunyikan fakta akan menanggung akibatnya,” kata Harry Roque, juru bicara Duterte.

Padahal, vaksin yang bertujuan mengantisipasi demam berdarah itu sudah kadung diberikan kepada 730.000 anak di seantero Filipina

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News