Visual Jadi Kekuatan Utama The Lion King

Visual Jadi Kekuatan Utama The Lion King
Simba kecil di The Lion King versi remake. Foto: Disney

''Mereka tiba-tiba menyuntikkan beberapa humor dalam film yang terasa sangat gelap (karena Mufasa baru saja mati dan Simba putus asa, Red). Suara Seth Rogen ternyata cocok untuk babi hutan, dan Billy Eichner mencuri seluruh perhatian sebagai Timon,'' komentar Alex Abad-Santos dan Alissa Wilkinson, kolumnis Vox.

Kalau dari alur cerita dinilai biasa, tidak begitu dengan efek visual yang jadi kekuatan utama film itu. Tidak bisa disebut live-action karena seluruh gambar dibuat di studio efek visual di London, MPC. Namun, hasilnya benar-benar terlihat riil. Sangat detail sampai ke hal-hal superkecil.

''Setiap rambut dan kumis, setiap jejak kaki yang menimbulkan kepulan debu. Anda akan percaya bahwa Pride Rock adalah tempat nyata di suatu tempat di Afrika, mengawasi bentang alam yang dijaga ketat oleh raja singa besarnya, Mufasa,'' komentar Helen O'Hara, kolumnis Empire.

Mungkin cela dari keajaiban efek visual tersebut adalah mimik wajah para hewan yang masih terkesan dipaksakan. Wajah mereka tak menampilkan emosi selayaknya manusia. Berbeda dengan versi animasi 1994 yang bisa lebih ekspresif. ''Jelas terlihat kurang saat kucing-kucing ini berbicara, dan bahkan ketika menyanyikan lagu,'' imbuh O'Hara.

Oh iya, soal lagu dan musik, soundtrack The Lion King juga istimewa. Selain karena Beyonce yang membawakan lagunya, penggarapan album melibatkan lebih dari 20 artis dari AS, Nigeria, Afrika Selatan, Ghana, dan Kamerun. (adn/c18/jan)


Simba kembali ke layar lebar dalam film The Lion King versi remake. Apa bedanya dengan versi animasi era 1994?


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News