Akhirnya..Harga Air Naik

Akhirnya..Harga Air Naik
PDAM. Foto: dok.JPG

SURABAYA - PDAM Surya Sembada  memilih menaikkan tarif dasar pelayanan. Selain harganya belum pernah naik sejak 10 tahun terakhir, ada kenaikan harga beli air baku dari Perum Jasa Tirta.

Selama ini sumber utama PDAM berasal dari Kalimas, anak sungai Brantas yang berhulu di Mojokerto. Sungai tersebut dikelola Perum Jasa Tirta.

Karena itu, PDAM pun harus membeli air Rp 133 per meter kubik. Harga tersebut tidak lagi berlaku tahun depan. Naik menjadi Rp 148 per meter kubik.

''Surat dari Jasa Tirta sudah dikirim ke kami,'' ujar Sekretaris Perusahaan (Sekper) PDAM Sayyid Mumahhad Iqbal.

Iqbal menerangkan, rencanan kenaikan itu berlaku per Januari 2017. Otomatis beban biaya bertambah. Setiap tahun PDAM diperkirakan harus menambah anggaran hingga Rp 7 miliar untuk membeli air baku.

Padahal, kualitas air Kalimas masuk kategori C. Hanya cocok untuk peternakan dan perikanan. Kualitasnya kalah jauh dari sumber Umbulan di Pasuruan yang juga mengalir ke Surabaya. Air Umbulan masuk kategori A. Bisa langsung diminum.

Selain itu, air Kalimas harus menempuh perjalanan panjang sebelum masuk Surabaya. Melewati Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto.

 Ia tercemar limbah industri maupun rumah tangga. Dengan kata lain, Surabaya kebagian kualitas air yang paling buruk.

Meski masuk kategori C, air sungai tersebut bisa tetap dipakai. Namun, harga pengolahannya lebih mahal. Sebelum didistribusikan, air-air tersebut harus melewati sejumlah tahap. Awalnya adalah pengendapan sedimentasi.

Setelah lumpur mengendap, air sungai dilewatkan mesin aerator. Gunanya memisahkan polutan dan menambah kadar oksigen.

Ada pula penambahan koagulan atau zat kimia penjernih air untuk mengendapkan partikel yang lebih kecil.

 Di bagian akhir, air masuk mesin filter, lantas diberi klorin untuk membunuh bakteri.

Proses tersebut membutuhkan biaya tinggi. Biaya listrik dan bahan-bahan kimia itu terus naik sepanjang tahun. Padahal, harga tarif dasar PDAM belum pernah naik.

Kabag Komunikasi PJT I Inni Dian Rohani menyatakan, banyak perusahaan yang membuang langsung limbahnya ke sungai. ''Mereka punya IPAL (instalasi pengolahan air limbah, Red) tapi tidak dipakai,'' katanya.

Namun, mayoritas limbah di sungai Surabaya berasal dari limbah domestik. Limbah tersebut berasal dari saluran perumahan. Ditambah sampah-sampah yang dibuang ke sungai. ''Itu juga memengaruhi,'' jelas Dian.

Baku mutu air itu memang fluktuatif. Salah satu faktornya adalah cuaca. Saat musim kemarau, volume air berkurang. Perbandingannya dengan polutan dan sedimen semakin drop. Kualitas air pun kian payah.

Kepala Divisi Jasa ASA II Perum Jasa Tirta I M. Taufiqurrahman menanggapi soal kenaikan tarif. Secara periodik, kenaikan biasanya terjadi selama dua tahun terakhir.

 Sementara itu, kali terakhir naik tiga tahun lalu. ''Yang mengusulkan Kemen PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Red). Tapi untuk 2017, tidak sekarang,'' jelas Taufiq.

Menurut dia, rata-rata pembelian air PDAM mencapai 24-25 juta meter kubik. Kisaran harga yang dibayar setiap bulannya mencapai Rp 3,2 miliar hingga Rp 3,4 miliar.

 Namun, jumlah air yang dibeli tidak berdasar jumlah air yang diambil (intake). Angka itu dihitung dari daya produksi PDAM.

''Seharusnya yang dibeli itu yang diambil, bukan yang diproduksi. Hingga saat ini belum ada kesepakatan khusus,'' papar Taufiq. (sal/c15/dos/flo/jpnn)
 


SURABAYA - PDAM Surya Sembada  memilih menaikkan tarif dasar pelayanan. Selain harganya belum pernah naik sejak 10 tahun terakhir, ada kenaikan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News