Tripoli Jatuh, Kadhafi Sembunyi

Tiga Anaknya Ditahan

Tripoli Jatuh, Kadhafi Sembunyi
Muammar Kadhafi dalam pidato televisi pada 22 Februari 2011 menolak pengunduran diri. foto: AFP
TRIPOLI - Revolusi Arab yang berkobar sejak akhir tahun lalu memakan korban satu diktator lagi. Setelah Zine El Abidin Ben Ali di Tunisia dan Hosni Mubarak di Mesir, kini giliran Muammar Kadhafi di Libya juga harus kehilangan takhta.

Memang, pemimpin 69 tahun itu secara de jure belum menyerah. Tapi, secara de facto, dia sudah habis menyusul jatuhnya ibu kota Tripoli kemarin (22/8) ke tangan pemberontak yang melawan kekuasaannya sejak enam bulan silam.

Tripoli adalah benteng terakhir pertahanan sang kolonel yang menguasai Libya sejak berhasil mengudeta Raja Idris pada 1969 tersebut. Sembilan puluh lima persen wilayah Tripoli berada dalam kontrol pemberontak, termasuk Green Square, lapangan di jantung Kota Libya yang selama ini menjadi simbol kekuasaan Kadhafi.

Sebanyak 1.300 orang juga dilaporkan meninggal di Tripoli dalam pertempuran sengit antara dua kubu yang berlangsung sejak Sabtu malam lalu (20/8) waktu setempat. Kubu anti-Kadhafi juga telah menahan dua anak Kadhafi, yaitu Saif al-Islam dan Al-Saadi. Seorang anak Kadhafi lainnya, Muhammad, menyerahkan diri.

TRIPOLI - Revolusi Arab yang berkobar sejak akhir tahun lalu memakan korban satu diktator lagi. Setelah Zine El Abidin Ben Ali di Tunisia dan Hosni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News