Jokowi Akan Jadi Tamu Agung di Beijing

Tiongkok Dukung Program Akulturasi Jawa Pos Group

Jokowi Akan Jadi Tamu Agung di Beijing
Jokowi Akan Jadi Tamu Agung di Beijing

BEIJING - Terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden mendapat sambutan hangat di Tiongkok. Mereka pun memiliki harapan besar pemerintahan baru Indonesia bisa membawa kemajuan pesat hubungan kedua negara. Karena itu, pemerintah Tiongkok sangat mengharapkan kehadiran Presiden Jokowi dalam forum APEC yang dijadwalkan November mendatang di Beijing.
 
Keinginan itu diungkapkan Deputy Director-General Department of Asian Affairs Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Tiongkok Yang Jian saat menemui delegasi Jawa Pos Group di Beijing kemarin. "Presiden Jokowi akan menjadi tamu penting kami pada forum APEC November nanti," ujar Yang Jian di hadapan Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) Jawa Pos Abdul Rokhim yang memimpin delegasi Jawa Pos Group.
 
Rombongan tersebut terdiri atas Direktur Pemberitaan JTV Imam Syafii, Pemred Pontianak Post Salman Busrah, Pemred Kaltim Post Muhammad Rizal Juraid, Wapemred Sumatera Ekspres Nurseri Marwah Basariah, dan Pemred Riau TV Bambang Suwarno.
 
Beijing bakal menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-26 Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang dijadwalkan 10"11 November nanti. Menurut Yang Jian, di antara 21 kepala negara Asia-Pasifik yang akan hadir, kedatangan Jokowi termasuk yang ditunggu-tunggu Presiden Tiongkok Xi Jinping.
 
"Indonesia sangat penting bagi Presiden Xi. Itu terbukti oleh keputusannya memilih Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjungi di regional ASEAN setelah beliau dilantik," ungkapnya.
 
Saat berkunjung ke Jakarta pada Oktober 2003, Xi Jinping mendapat kesuksesan besar. Xi Jinping dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sepakat menaikkan level hubungan kedua negara menjadi comprehensive strategic partnership, naik tingkat dari status strategic partnership yang ditandatangani pada 2005. "Status itu merupakan posisi tertinggi hubungan kedua negara sejak terjalin kali pertama secara resmi pada 1950," ungkap Yang Jian.
 
Dengan kehadiran Jokowi pada 10 November nanti, pemerintah Tiongkok berharap ada kemajuan lagi yang dicapai. Khususnya dalam beberapa bidang teknis seperti pembangunan infrastruktur, pengembangan sektor maritim, people-to-people exchanges, serta kerja sama media.

"Presiden Xi menggagas pembentukan bank infrastruktur dan Indonesia termasuk negara pertama yang mendukung," katanya.
 
Dalam pandangan pemerintah Tiongkok, program-program yang diusung Jokowi sangat menjanjikan untuk meneruskan kemajuan hubungan Tiongkok-Indonesia. "Kami sangat tertarik dengan program pengembangan maritim. Pada saat yang sama, pemerintah Tiongkok sedang merintis gagasan the New Maritime Silk Road," ujarnya.
 
Mengutip laporan Xinhua, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengajukan proposal Presiden Xi Jinping itu pada East Asia Summit di Brunei Darussalam, November 2013. Pemerintah Tiongkok menyiapkan dana hingga USD 484 juta dalam bentuk China-ASEAN Maritime Cooperation Fund untuk mendorong terwujudnya poros maritim Tiongkok-ASEAN. Inisiatif Xi Jinping tersebut klop dengan rencana besar Jokowi untuk mewujudkan Poros Maritim Dunia (the Global Maritime Axis).
 
"Kesamaan visi itu menjadi poin permulaan yang menggembirakan untuk mewujudkan kerja sama yang kuat antara dua negara," ujar Yang Jian.
 
Apalagi dalam 10 tahun terakhir kerja sama infrastruktur kedua negara meningkat pesat. Salah satu buktinya adalah suksesnya pembangunan Jembatan Suramadu yang pengerjaannya melibatkan konsorsium dari Tiongkok. "Saya saat itu hadir dalam peresmian. Kami sangat bangga bisa terlibat dalam proyek besar tersebut," ungkapnya.
 
Dukung Program Jawa Pos Group
 
Dalam dialog, Yang Jiang sangat antusias mendengar upaya media-media di Jawa Pos Group untuk mendorong hubungan kedua negara. Saat Wapemred Sumatera Ekspres Nurseri Marwah Basariah menunjukkan Pulau Kemarau di Sumatera Selatan yang menjadi tujuan wisata warga Tiongkok saat hari raya Imlek, Yang sangat gembira.
 
"Kami menyarankan agar pemerintah Indonesia mengembangkan wisata budaya yang berkaitan dengan tradisi masyarakat Tionghoa seperti itu. Kami dukung sepenuhnya," ujarnya.
 
Tanggapan positif juga ditunjukkan Yang atas ajakan kerja sama lebih lanjut antara Tiongkok dan Kota Pontianak yang disampaikan Pemred Pontianak Post Salman Busrah. Tiongkok pernah mengirimkan ahli-ahli keramik untuk melatih sejumlah warga Pontianak berwirausaha. Ke depan, Salman berharap kerja sama itu bisa dilanjutkan lagi secara luas.
 
Begitu pula dengan usul kerja sama energi yang diutarakan Pemred Kaltim Post Muhammad Rizal Juraid. Dia menuturkan, Kaltim merupakan salah satu penghasil energi terbesar di Indonesia. Namun, sampai saat ini Kaltim masih saja mengalami krisis listrik. "Pemerintah Tiongkok memiliki banyak ahli tentang energi. Saya tidak berwenang di masalah ini. Tapi, kami siap mengirim jika diperlukan," ujarnya.
 
Sementara itu, Direktur Pemberitaan JTV Imam Syafii mengusulkan agar pertukaran budaya dilakukan lewat kerja sama antarmedia massa di kedua negara. "Kami baru menjalin kerja sama pertukaran program siaran dengan China Radio International (CRI) yang bertujuan saling memperkenalkan kedua negara," terangnya.
 
Yang Jiang menanggapi usul tersebut dengan positif. Dia memahami jika selama ini Indonesia tidak mendapat banyak informasi yang riil tentang kondisi Tiongkok. Akibatnya, Indonesia justru lebih banyak mendapat informasi tersebut dari media-media Barat. "Kami akan perbaiki terus kondisi ini," lanjutnya.
 
Selain diskusi dengan Kemenlu Tiongkok, hari ketiga muhibah delegasi Jawa Pos Group ke Tiongkok diisi kunjungan ke CRI, radio milik pemerintah Tiongkok yang memiliki program siaran dalam berbagai bahasa internasional, termasuk bahasa Indonesia. Wakil Direktur Departemen Indonesia CRI Liu Li menuturkan, pihaknya memiliki siaran dalam 65 bahasa internasional dan lokal Tiongkok.
 
Pria yang memiliki nama Indonesia Yulianto itu menuturkan, program siaran berbahasa Indonesia mengudara sejak 1951. "Program siaran berbahasa Indonesia tidak berhenti, meski hubungan kedua negara sempat putus pada 1965," terangnya.
 
Liu menuturkan, pihaknya saat ini mengandalkan siaran lewat streaming di internet. Khususnya di media sosial semacam Facebook. Pihaknya sempat bekerja sama dengan salah satu radio di Jakarta dan memiliki banyak pendengar di Indonesia. Terutama program Lensa Interaktif atau Lentera. Sayangnya, kerja sama tersebut terpaksa putus awal tahun ini karena radio di Jakarta sedang berfokus menggarap isu pemilu.
 
Terkait dengan pemilu Indonesia, Liu menyatakan bahwa radionya terus mengikuti perkembangan. Termasuk, terpilihnya Jokowi sebagai presiden ke-7 RI melalui pilpres yang diakhiri dengan sidang gugatan hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi. (*/c5/kim)


BEIJING - Terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden mendapat sambutan hangat di Tiongkok. Mereka pun memiliki harapan besar pemerintahan baru Indonesia


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News