Telinga Kotor, Anak Mudah Stres

Telinga Kotor, Anak Mudah Stres
Telinga Kotor, Anak Mudah Stres. Foto: Istimewa

jpnn.com - SEPELE memang, namun membersihkan telinga anak harus rutin. Layaknya gigi, sebenarnya memeriksakan telinga, hidung dan tenggorokan (THT) juga perlu setidaknya enam bulan sekali. Gangguan pendengaran bisa menyebabkan prestasi anak menurun. Apalagi, banyak yang kurang perhatian tentang dampak kebisingan terhadap gangguan pendengaran anak.

Tuli atau tunarungu yang dialami bayi lima tahun (balita) menyebabkan kelainan perkembangan kognitif, psikologis, dan sosialnya. Gangguan pendengaran membuat gangguan komunikasi anak. Sedangkan para remaja yang baru saja mengalami masalah pendengaran bisa berpengaruh di prestasinya. Anak memiliki kecenderungan kurang mampu bersosialisasi dan emosional, cepat marah atau stres.

“Balita dan remaja ini akhirnya menjadi generasi yang berkualitas rendah dengan kesempatan pekerjaan yang rendah,” ujar dr Healtho LD SpTHT.

Perlu disadari, gangguan pendengaran anak bisa dipicu dari faktor lingkungan luar. Selain kebiasaan yang kurang sehat. Misalnya, sejak anak-anak terbiasa mendengarkan musik di headset dengan volume tinggi. Ini tidak baik untuk kesehatan telinga.

Atau, gangguan pendengaran bisa terjadi karena hal-hal yang kadang tidak kita sadari. Seperti di tempat permainan anak di mal. Suara bising arena permainan yang cukup tinggi bisa berpengaruh ke pendengarannya. Telinga anak-anak lebih rentan dan sensitif karena dalam masa pertumbuhan. Kebisingan bisa mengakibatkan terjadinya kelelahan organ koklea di telinga. Parahnya, bisa menimbulkan gangguan pendengaran menetap.

“Kondisi bising di tempat main anak-anak ini sungguh memprihatinkan. Karena belum ada perhatian (standar kebisingan) dari pemerintah. Seharusnya pemerintah berupaya melindungi masyarakat dengan segera membuat regulasi membatasi paparan bising di area publik termasuk area bermain,” tegasnya.

Sementara itu masalah membersihkan kotoran telinga juga penting. Jika tak rutin membersihkan telinga anak, anak mengalami congek. Congek yang berlarut bisa membuat tunarungu. Dan jika terlambat berobat, dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti radang otak, mulut mencong, cacat bahkan kematian.

“Orangtua perlu sadar kebiasaan membersihkan telinga anak sejak dini akan mengajarkan anak merawat indera pendengarnya itu agar terhindar dari masalah tersebut,” tandas dokter dari Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) ini. (*/yin/her/k9)

SEPELE memang, namun membersihkan telinga anak harus rutin. Layaknya gigi, sebenarnya memeriksakan telinga, hidung dan tenggorokan (THT) juga perlu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News