Berharap Pengguna Pertamax tak Migrasi ke Premium

Berharap Pengguna Pertamax tak Migrasi ke Premium
SPBU. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyebut harga jual per liter untuk produk pertamax, pertamax plus, saat ini sudah dihitung dengan cermat.

Kalau ada perbedaan dengan rencana kenaikan pertengahan Mei, dinilai wajar. Sebab Pertamina terus memantau pergerakan harga pembentuk produk itu. "Harga adalah domain masing-masing korporasi," terangnya.

Soal beralihnya konsumen ke perusahaan asing, bisa jadi perusahaan yang dipimpin Dwi Soetjipto itu lebih was-was makin banyaknya migrasi pengguna pertamax ke premium. Usaha Pertamina untuk meningkatkan konsumsi pertamax sampai 300 persen dari 2 ribuan kilo liter (KL) per hari menjadi 7 ribuan KL menjadi sia-sia.

Kemungkinan itu terbuka karena disparitas harga premium yang dijual Rp 7.400 dan pertamax saat ini makin lebar. Yakni, Rp 1.900 per liternya. Padahal, Ahmad Bambang sebelumnya berharap agar disparitas itu tidak terlalu jauh. Selisih ideal harusnya tidak lebih dari Rp 1.000. "Kami berharap konsumen tetap menggunakan pertamax," imbuh Wianda.

Salah satu sarana untuk menahan migrasi pengguna pertamax ke premium adalah pertalite. Namun, hingga saat ini produk dengan RON 90 itu belum juga bisa diluncurkan. Wianda menyebut, sampai sekarang terus melakukan komunikasi dengan Ditjen Migas Kementerian ESDM.

"Semoga dari pengujian dapat hasil yang konsisten. Lantas, dikelaurkan izin dari Dirjen Migas supaya bisa lanjut ke langkah selanjutnya," tuturnya. Sembari menunggu proses di Ditjen Migas selesai, Pertamina masih mematangkan persiapan distribusi pertalite.  (dim)

 


JAKARTA - VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyebut harga jual per liter untuk produk pertamax, pertamax plus, saat ini sudah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News