Paham Radikal Masuk Kampus, Rektor Harus Mawas Diri

Paham Radikal Masuk Kampus, Rektor Harus Mawas Diri
Paham Radikal Masuk Kampus, Rektor Harus Mawas Diri. Anggota Komisi X DPR, Sofyan Tan. Foto Humas DPR for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR yang membidangi pendidikan dan kebudayaan, Sofyan Tan khawatir atas informasi masuknya sebuah organisasi yang dianggap sebagai pembawa paham radikal di lingkungan pendidikan. Menurutnya, paham radikal itu ingin mengganti Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

“Setiap organisasi yang mengajarkan kepada mahasiswa maupun generasi muda untuk menentang Pancasila, saya kira sudah melawan dan sangat mengkhatirkan sekali. Hal itu karena negara Indonesia dibangun atas berbagai unsur yang ada. Indonesia memiliki 700 suku bangsa, 1100 bahasa dan terdiri dari berbagai agama, keniscayaan itulah yang tidak bisa kita pungkiri,” kata Sofyan.

Sofyan mengatakan, ideologi Pancasila yang lahir dan digali para pendiri bangsa, harusnya menjadi satu ideologi yang dijalankan dan diimplementasikan oleh para generasi penerusnya, sebab kalau tidak negara ini akan terpecah-pecah.

Pria yang menjabat sebagai ketua Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda juga meminta kepada pihak penanggungjawab di lembaga pendidikan terkait, seperti Rektor atau Dekan yang membidangi kemahasiswaan, untuk lebih jeli dan mawas diri melihat semua kegiatan yang dilakukan para mahasiswanya.

“Kita pernah menemukan kegiatan-kegiatan Porseni yang dilakukan didalam kampus, tetapi ternyata digunakan juga untuk tindak kekerasan dan sebagainya. Perhatian kepada kegiatan mahasiswa penting sekali untuk selalu dicermati,” ungkapnya.

Ia menduga, kalau suatu organisasi yang menjurus radikal bisa berkembang didalam sebuah Kampus, maka dimungkinkan karena kurangnya pengawasan yang dilakukan pihak Kampus. Selain itu mungkin juga disebabkan karena ada hubungan keterkaitan pihak-pihak dalam Kampus itu sendiri dengan organisasi tersebut.

“Karena biasanya tidak mungkin bisa berkembang kalau tidak ada suasana kondusif bagi mereka untuk berkembang,” tegasnya.

Pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila bukan hanya di lingkungan Kampus, lanjutnya. Dan untuk melakukan upaya pencegahannya memang membutuhkan waktu yang lama. Artinya bahwa pencegahan itu bukan dimulai dari Kampus tetapi sejak anak-anak masuk ke bangku sekolah.

“Saat ini kami juga sedang membahas hal itu. Pendidikan Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan itu sudah semakin tidak ada. Sekarang yang dikejar adalah nilai-nilai akademis yang berkaitan dengan sains, itukan tidak benar,” tandas Sofyan. (jpnn/adv)


Anggota Komisi X DPR yang membidangi pendidikan dan kebudayaan, Sofyan Tan khawatir atas informasi masuknya sebuah organisasi yang dianggap sebagai


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News