Trump Merasa jadi Korban Rekayasa Politik Terbesar Sepanjang Sejarah

Trump Merasa jadi Korban Rekayasa Politik Terbesar Sepanjang Sejarah
Donald Trump. Foto: AFP

Namun, para petinggi Demokrat menolak. ”Yang pertama harus kami lakukan adalah memastikan alasannya,” kata Adam Schiff, anggota Komite Intelijen House of Representatives. Menurut dia, saat ini belum ada alasan yang kuat untuk meng-impeach Trump. Sebab, segala kesalahan yang dilakukan taipan 70 tahun itu masih berupa dugaan. Kongres pun baru menyelidiki kebenarannya pekan depan.

Sementara itu, New York Times membeberkan sejumlah fakta tentang hubungan Flynn dan Rusia. Rabu malam (17/5) surat kabar tersebut melaporkan bahwa sedikitnya ada 18 komunikasi via telepon serta surat elektronik antara Flynn dan para penasihat kampanye Trump dengan para pejabat Rusia atau orang-orang yang dekat dengan Kremlin. Komunikasi itu terjadi selama tujuh bulan terakhir.

Enam di antara 18 komunikasi rahasia tersebut dilakukan para penasihat kampanye Trump, termasuk Flynn, dengan Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak. Salah satunya adalah komunikasi Flynn dan Kislyak pada masa transisi pemerintahan, setelah Trump memenangkan pilpres. Komunikasi itulah yang akhirnya memaksa Flynn mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penasihat keamanan nasional.

New York Times menuliskan bahwa sebelum dilantik, Flynn sempat memberitahukan kepada tim transisi Trump tentang investigasi FBI yang melibatkannya. Namun, kendati Flynn menjadi objek penyelidikan FBI tentang dugaan keterlibatan Rusia dalam kemenangan Trump, tim transisi tetap melantiknya sebagai penasihat keamanan nasional pasca pelantikan presiden. (afp/reuters/bbc/newyorktimes/hep/c16/any/jpnn)


Dua legislator Partai Demokrat telah mewacanakan pemakzulan presiden ke-45 Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Hal ini menyusul adanya dugaan intervensi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News