Orang-Orang 'Penting' di Ekspedisi Dewaruci Keliling Dunia (3-Habis)

Juru Selamat dari Badai dan Ranjau Laut

Orang-Orang 'Penting' di Ekspedisi Dewaruci Keliling Dunia (3-Habis)
Loka Gumilang diceburkan ke laut setelah naik pangkat. Foto : Suryo Eko Prasetyo/Jawa Pos
Banyak hambatan yang dihadapi KRI Dewaruci dalam ekspedisi kali ini. Terutama cuaca buruk di tengah laut. Namun, berkat perhitungan yang jitu juru Serma Nav Loka Gumilang dan Serka Nav Erik Sugianto, Dewaruci sukses keliling dunia hingga kembali ke Indonesia empat hari lalu.
 
SURYO EKO PRASETYO, Belawan
 
PELAYARAN di laut lepas identik dengan perjuangan menaklukkan gelombang tinggi yang siap menghadang. Cuaca buruk dan hujan badai menjadi santapan setiap saat. Tak terkecuali yang dialami Dewaruci dalam jelajah di empat benua kali ini.

Berbagai hambatan hampir tak habis-habisnya terhampar di laut lepas. Mulai dari Surabaya, Januari silam, hingga Papua, lalu menyeberangi Samudra Pasifik menuju San Diego di pantai barat Amerika Serikat. Setelah menyisir pantai barat dan memutari Terusan Panama, Dewaruci melewati Laut Karibia dan Teluk Meksiko.

Kapal kemudian mengarungi Samudra Atlantik menuju Eropa. Di benua biru itu, Dewaruci melintasi Laut Mediterania melalui Selat Gibraltar. Berlanjut ke Laut Merah lewat Terusan Suez dan Laut Arab via Teluk Aden. Lalu, kembali ke tanah air menyusuri Samudra Hindia dan Selat Malaka.

Jalur pelayaran internasional itu lazim ditempuh kapal-kapal berbadan besar, berbobot ribuan bahkan puluhan ribu ton. Tapi, Dewaruci yang beratnya tak sampai seribu ton (874 ton) ternyata sanggup mengarunginya dengan selamat. Berkecepatan jelajah tidak lebih dari 11 knot per mil (17,402 km per jam; 1 mil setara 1,582 km), saat diterpa ombak besar, kapal terasa seperti sabut kelapa yang terombang-ambing gelombang.

Meski sudah dilengkapi teknologi radar dan pendeteksi posisi (global positioning system), di tengah laut, peranti itu tak bisa menjadi acuan. Yang lebih utama justru insting juru navigasi dalam membuat jalur pelayaran di atas peta yang akan dilalui kapal. Sebab, jalur tersebut dibuat juga berdasar kondisi terbaru di lapangan.

Mulus tidaknya kapal melaju melewati gelombang besar, salah satunya, berdasar insting juru plotter. Misalnya, yang dijalankan Kepala Bagian Navigasi Serma Loka Gumilang, bintara navigasi tertinggi di Dewaruci.

"Sebelum bertugas ke Dewaruci, saya belajar banyak menyusun track di kapal penyapu ranjau," ungkap Loka yang baru saja naik pangkat dari sersan kepala ketika Dewaruci tiba kembali di Indonesia pada 1 Oktober 2012.

Selama enam tahun pertama menjadi tentara melalui jalur bintara pada 1999, Loka mendapat tugas di KRI Pulau Rengat, Satuan Kapal Ranjau Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Alumnus SMA Ta"miriyah Surabaya itu sering terlibat dalam aktivitas pembersihan ranjau laut sisa Perang Dunia II.

Banyak hambatan yang dihadapi KRI Dewaruci dalam ekspedisi kali ini. Terutama cuaca buruk di tengah laut. Namun, berkat perhitungan yang jitu juru navigasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News