Jokowi Minta Spekulasi Nama Menteri Bermasalah Dihentikan
jpnn.com - JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta agar spekulasi nama-nama menteri terpilih yang dikabarkan ditandai warna kuning maupun merah oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), segera dihentikan.
Mantan Deputi Tim Transisi Jokowi-JK, Andi Widjajanto memastikan bahwa dokumen yang berisi nama-nama menteri yang ditandai KPK maupun PPATK, tidak disebarluaskan kepada siapapun.
Terlebih, Jokowi-JK kata Andi, sampai saat ini tidak pernah sekalipun mengumbar nama-nama yang ditandai tersebut pada media. Karenanya ia meminta agar spekulasi nama-nama yang ditandai itu tidak mencuat lagi untuk menjaga kredibilitas orang yang namanya disebutkan.
"KPK dan PPATK hanya serahkan dokumen itu ke presiden, hanya presiden yang megang dokumen itu. Presiden sama sekali tidak pernah ungkap nama-namanya ke media. Tolong spekulasinya dihentikan, karena itu berkaitan dengan integritas dan masa depan orang tersebut," papar Andi mengingatkan di Komplek Istana, Jakarta, Sabtu (25/10).
Sementara, mengenai beberapa politisi yang menyambangi Istana hari ini, Andi memastikan bahwa mereka yang hadir tidak ada kaitannya dengan seleksi menteri yang bakal diumumkan besok sore di Istana, Merdeka, Jakarta. "Yang datang hari ini tidak berkaitan dengan seleksi menteri. Semuanya sudah tidak ada perubahan," katanya. (chi/jpnn)
JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta agar spekulasi nama-nama menteri terpilih yang dikabarkan ditandai warna kuning maupun merah oleh
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Partisipasi Festival Islam Kepulauan di Belanda, Kemenag Ulas Peran Penghulu di Era Modern
- Atasi Berbagai Tantangan Isu-isu Keberlanjutan Fungsi Lingkungan, RPP jadi Terobosan & Inovasi KLHK
- Bertemu Kepala Eksekutif Makau, Menaker Ida Bahas Penguatan Kerja Sama Ketenagakerjaan
- KPK Perlu Dalami Peran Samsudin Abdul Kadir di Kasus Jual Beli Jabatan Pemprov Malut
- Ikut Lestarikan Budaya, PermataBank Dukung Perayaan Adeging Mangkunegaran-267
- Soroti Kasus Korupsi Timah, PB Mathla’ul Anwar: Terlalu Banyak Mudarat