Aduh, Polisi AS Tembak Mati Kulit Hitam (Lagi)

Aduh, Polisi AS Tembak Mati Kulit Hitam (Lagi)
Ratusan demonstran berdiri di depan Foley Square, New York City. Mereka memprotes aksi penembakan polisi terhadap lelaki kulit hitam. FOTO: TIMOTHY A. CLARY / AFP

jpnn.com - LOS ANGELES - Satu lagi lelaki kulit hitam meregang nyawa di tangan polisi kulit putih Amerika Serikat (AS). Setelah Michael Brown dan Eric Garner, kini giliran Rumain Brisbon yang menjadi "korban" kebodohan aparat. Selasa petang waktu setempat (2/12) pria 34 tahun itu tewas dengan dua peluru bersarang di dadanya. 

"Seorang polisi kulit putih menembak mati seorang pria kulit hitam di Arizona karena menduga pil yang tersimpan di kantong korban sebagai senjata," kata salah seorang juru bicara kepolisian di Kota Phoenix, Maricopa County, Negara Bagian Arizona. Meski insiden itu terjadi Selasa petang, aparat baru memublikasikannya pada Kamis waktu setempat (4/12).

Dalam keterangan resminya, Kepolisian Phoenix menyatakan bahwa polisi yang menembak mati Brisbon itu salah duga. Aparat menyangka Brisbon menyembunyikan senjata di balik bajunya. Maka, ketika dia merogoh sesuatu dari kantong, petugas yang tidak disebutkan namanya itu langsung melepaskan tembakan. Dua timah panas langsung menembus dada Brisbon. 

Begitu melihat Brisbon roboh, polisi tersebut langsung memanggil bantuan. Paramedis pun datang ke lokasi kejadian di sisi utara Phoenix. Tapi, nyawa Brisbon tidak tertolong. Belakangan diketahui bahwa Brisbon tidak memiliki senjata atau menyembunyikan pistol di balik bajunya. Ternyata, pria malang tersebut hanya mengantongi pil oxycodone yang digunakan untuk mengurangi nyeri atau rasa sakit. 

Kepolisian Phoenix menyatakan, sebelum terjadi penembakan, Brisbon sempat berkelahi dengan si polisi. Pasalnya, Brisbon tidak kooperatif saat petugas hendak memeriksa kendaraan yang dia kemudikan. Kabarnya, ketika itu kepolisian setempat sedang melakukan razia antinarkoba. Brisbon yang kebetulan melintas dengan mobilnya pun tidak luput dari pemeriksaan.

Brisbon yang sedang berkendara bersama beberapa teman, tampaknya, merasa terganggu dengan razia polisi. Maka, saat dia kemudian berhenti dan menepikan kendaraannya, dia sempat terlibat cekcok dengan si polisi. Adu mulut itu lantas berlanjut dengan baku pukul. 

"Saat berantem itu, Brisbon tiba-tiba memasukkan tangannya ke saku kanan. Polisi yang curiga pun langsung memerintah Brisbon pelan-pelan mengeluarkan tangan. Tapi, Brisbon tidak menurut," ungkap petugas. Polisi pun lantas meraba saku Brisbon. Saat itu Brisbon langsung berontak. Polisi pun kemudian melaporkan bahwa Brisbon memiliki senjata.

Merasa nyawanya terancam, polisi itu pun menjadi sedikit berlebihan. Dia langsung menembak Brisbon saat korban berusaha mengambil sesuatu dari balik bajunya. "Ini tragedi yang sungguh keji. Dia (Brisbon) tidak bersenjata dan tidak menjadi ancaman bagi siapa pun. Kami akan menuntut keadilan," tandas Marci Kratter, salah seorang jaksa Phoenix yang mewakili keluarga Brisbon, kemarin. 

Keluarga korban, menurut Kratter, tidak terima atas perlakuan si polisi. "Kami akan terus berjuang demi mendapatkan keadilan," kata Kratter. Kini polisi yang menembak mati Brison sedang menjalani investigasi. Publik AS berharap kasus seperti itu tidak terulang lagi. Sesuai instruksi Presiden Barack Obama, pemerintah akan menertibkan seluruh personel kepolisian dengan memasang kamera badan.

Sementara itu, unjuk rasa sebagai bentuk solidaritas terhadap Garner kian meluas di Negeri Paman Sam. Hingga kemarin, berbagai kelompok masyarakat masih berunjuk rasa. Mereka tidak hanya melawan arogansi kepolisian dan sikap rasis aparat terhadap kulit hitam, tapi juga menyayangkan keputusan grand jury Missouri dan New York yang batal mendakwa pelaku. (AP/AFP/BBC/hep/c10/ami)


LOS ANGELES - Satu lagi lelaki kulit hitam meregang nyawa di tangan polisi kulit putih Amerika Serikat (AS). Setelah Michael Brown dan Eric


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News