Tentang Kesibukan Prajurit Memasak di KRI Soeharso

jpnn.com - JARUM jam baru menunjuk pukul 03.30 Wita. Di luar, cahaya fajar belum lagi menyingsing. Begitu pula buih lautan yang dipecah laju KRI Soeharso-990 yang masih terlihat samar-samar.
FOLLY AKBAR, Dili
Di dalam kapal yang tengah melakoni misi internasional bantuan medis ke Timor Leste itu, tanda-tanda kehidupan juga belum tampak. Tiap kamar yang tersebar di berbagai lantai masih memeluk erat penghuni masing-masing pada Rabu lalu itu (27/1).
Kecuali sebuah ruangan berukuran 7 x 6 meter di dek B kapal militer tersebut. Itulah ruangan yang bertanggung jawab mengisi perut 385 orang yang diangkut KRI Soeharso ke Timor Leste.
Di pagi buta itu, di dapur tersebut, empat prajurit terlihat tengah bekerja keras menyiapkan makan pagi. ”Menu hari ini rawon setan, Mas,” kata Sersan Dua Siswono sembari tangannya sibuk mengiris kubis.
Selain rawon, ada dua menu pendamping lain, semur tahu dan daging kambing kering. Sesuai jadwal, makan pagi dimulai pukul 06.00–08.00. Artinya, mereka hanya memiliki waktu dua setengah jam untuk menyuguhkan makanan.
Kerepotan di ”garis belakang” kerap luput dari perhatian dalam sebuah perhelatan besar. Termasuk untuk sebuah perjalanan misi internasional bantuan medis pertama sepanjang sejarah seperti yang dijalani KRI Soeharso.
Padahal, menyiapkan konsumsi untuk 385 orang, tiga kali sehari, selama berhari-hari, itu sama sekali bukan pekerjaan ringan. Dibutuhkan persiapan, koordinasi, dan kerja sama tim yang sangat baik. Tak ubahnya para prajurit yang berada di garis depan.
JARUM jam baru menunjuk pukul 03.30 Wita. Di luar, cahaya fajar belum lagi menyingsing. Begitu pula buih lautan yang dipecah laju KRI Soeharso-990
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu