Ketika DiCaprio Terpana dengan Hewan Menggemaskan di Hutan Aceh

Ketika DiCaprio Terpana dengan Hewan Menggemaskan di Hutan Aceh
PEDULI LINGKUNGAN: Leonardo DiCaprio (kanan) ditemani dua co-partner-nya dalam program lingkungan, Rudi Putra (tengah) dan Far Wiza, di Aceh (26/3). Dia ke Aceh bersama dua rekan sesama aktor, Adrien Brody dan Fisher Stevens. FOTO: PAUL HILTON /HAKA/EPA

jpnn.com - KUTACANE – Begitu menyeberangi Sungai Ketambe, Aceh Tenggara, dengan perahu, Leonardo DiCaprio mendapat sambutan istimewa. Tiga orang utan asyik bercanda di atas pohon. Minggu siang lalu (27/3) itu kedua mata peraih Oscar lewat film The Revenant tersebut langsung lekat pada tingkah laku binatang menggemaskan yang 97 persen gennya mirip manusia itu. 

Bahkan, ketika perahu sudah mendarat di kamp penelitian Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang terletak di seberang sungai pun, kekaguman Leo, yang didampingi dua rekan sesama aktor, Adrien Brody dan Fisher Stevens, tak berakhir.

Selama sekitar dua jam di TNGL, kebanyakan waktu Leo dihabiskan untuk mengamati tingkah laku orang utan. ”Dia terlihat senang sekali. Kata guide yang mengantarnya, dia sangat kagum dengan hutan Aceh,” kata Syabri, warga setempat yang turut menyaksikan kedatangan Leo, kepada Rakyat Aceh (Jawa Pos Group).

Leo memang dikenal memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. Dalam pidato kemenangannya saat menyabet Oscar pertamanya Februari lalu, aktor 41 tahun itu mengingatkan ancaman nyata akibat perubahan iklim. Karena itu, dia mengimbau semua orang turut merawat bumi.

Melalui Leonardo DiCaprio Foundation, bintang Titanic itu aktif mendukung kegiatan konservasi Di Indonesia, mengutip situs resmi TNGL, yayasan tersebut membantu konservasi di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan hutan Aceh.

”Balai Besar TNGL mendukung pihak-pihak yang beriktikad baik membantu konservasi Leuser. Kami juga mengapresiasi pegiat lingkunganyangmengampanyekan kelestarian alam, termasuk Leonardo DiCaprio dan rekan-rekannya,” ujar Kepala Balai Besar TNGL Andi Basrul.

Pada 1984, TNGL ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Park (AHP) oleh ASEAN Center for Biodiversity (ACB). Lalu, pada 2004 ditetapkan sebagai Warisan Dunia–Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS) bersama Taman Nasional Kerinci Seblat dan TN Bukit Barisan. 

Empat tahun berselang, TNGL juga ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis nasional.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News