Ditabrak Kereta, Siswa SMA Masih Hidup, Ini Kata Ahli Kejiwaan

Ditabrak Kereta, Siswa SMA Masih Hidup, Ini Kata Ahli Kejiwaan
Ilustrasi. dok/jawaposgroup

jpnn.com - KEJADIAN yang dialami Alvin, siswa SMAN 5 Surabaya yang selamat setelah ditabrak kereta, di sekitar Stasiun Gubeng Surabaya, Senin (23/5) bisa menjadi peringatan bagi guru dan orang tua. Dari kejadian itu, guru dan orang tua seharusnya lebih peduli dan mengenal anak. Beban berlebihan di sekolah ternyata bisa berujung pada kondisi depresi.

Hal itu mungkin menjadi penyebab Alvin nekat berdiri menantang rel kereta api. 

Spesialis kejiwaan RSJ Menur dr Hendro Riyanto SpKJ mengungkapkan, selama ini beban sekolah menjadi salah satu penyebab stres pada anak dan remaja. 

Lantaran tekanan yang sangat kuat, anak menunjukkan gejala depresi. Misalnya, muncul kekhawatiran dan rasa takut yang terlalu besar. 

Gejalanya, anak menjadi gampang bengong dan sering melamun serta pikirannya kacau. "Lama-lama seperti tidak sadar. Seperti kesurupan sementara," ujarnya kemarin (23/5).

Menurut Hendro, kondisi tersebut dikenal sebagai kesadaran berkabut. Yakni, kesadaran seseorang menurun. Para penyandangnya sudah tidak mampu berpikir jernih. Selain menunjukkan gejala bengong, ada yang justru mengungkapkan dengan cara berteriak-teriak. Bergantung kepribadiannya.

Jika ada gejala itu, sebaiknya orang tua lebih peduli. Caranya, bisa dengan menanyai anak. Selanjutnya, bila perlu, anak dibawa ke psikiater. Dokter akan memberikan terapi nonobat. 

"Selama ini masih jarang yang mau berobat. Merasa tidak apa-apa. Jangan tunggu sampai berat," tutur dosen Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala (UWM) Surabaya tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News