10 Hari Bom Paskah, Sri Lanka Masih Dihantui Teror

10 Hari Bom Paskah, Sri Lanka Masih Dihantui Teror
Polisi Sri Lanka berjaga di dekat salah satu lokasi serangan bom Paskah. Foto: AFP

Kekhawatiran itu juga dirasakan umat Buddha di Sri Lanka. Kuil Gangaramaya praktis hampir melompong pasca serangan yang menewaskan ratusan orang tersebut. Nilman Kenayake pun dibuat kaget. Seumur-umur, pekerja pabrik itu tak pernah melihat wihara tertua di Sri Lanka tersebut sepi. "Mereka (teroris) menarget gereja. Dan kuil juga merupakan tempat beribadah," ungkap pria 29 tahun itu.

Rumor itu juga sampai ke telinga Pallegama Rathanasara, salah seorang biksu di Gangaramaya. Dia menerima laporan bahwa serangan berikutnya bakal terjadi di wihara. Semua itu tentu membuat sebagian besar penduduk semakin paranoid. "Kondisi ini jadi panggung bagi kaum ekstremis Buddha. Mereka tak segan menanamkan ketakutan kepada semua umat Buddha," ujar pakar politik Kusla Perera.

Selama ini, lanjut Perera, aktivis Buddha garis keras ingin menjadikan Sri Lanka sebagai negara berbasis agama mayoritas. Hal tersebut bisa jadi awal dari pemerintahan yang menindas kaum minoritas selain Buddha.

Beruntung, tak semua pihak ingin memanfaatkan keresahan masyarakat. Omalpe Sobitha, tokoh Buddha moderat, meminta agar Kardinal Ranjith segera mengadakan dialog antaragama. Menurut dia, konflik antaragama harus segera dicegah sebelum terlambat. (bil/c6/dos)


Serangan bom bunuh diri di Sri Lanka sudah lewat sepuluh hari. Namun, otoritas belum bisa meredakan kondisi tegang di negara pulau itu.


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News