3 Pilihan Sulit saat Menanti Momongan

3 Pilihan Sulit saat Menanti Momongan
3 Pilihan Sulit saat Menanti Momongan. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

Ia makin sakit hati mendengar tiga pilihan yang samasama pahit untuk dipilih, yang ditawarkan orangtuanya.

Tak kuasa dengan semua tekanan yang datang kepada dirinya, Karin pun hanya bisa pamit dan kemudian meninggalkan kedua orangtua, suami, dan adiknya yang menurutnya masih tidak mengerti dengan perasaannya.

Ternyata, dia pamit untuk salat ke musala yang ada di belakang gedung PA. Hampir satu jam menunggu, ayah Karin kemudian menelepon dan mengajaknya untuk berunding di kantin.

Kali ini, Karin pun hadir tapi dengan wajah yang lebih segar. Ia tidak murung lagi meski senyumnya masih terkesan dipaksakan, dan matanya masih tampak sembab.

“Iya, saya terima anaknya diadopsi saja. Tapi syaratnya, Sephia tidak boleh mengakui bayi itu anaknya. Nanti lahir langsung dibuatkan akta atas nama saya dan Mas Juan,” katanya mantap.

Karin mengaku melakukan hal itu karena kasihan dengan adiknya. Tapi di sisi lain, ia juga tidak mau berpisah dengan Donjuan.

“Mas (Juan), awak dewe wes ket SMA pacaran. Soro karo seneng bareng-bareng. Tapi iki sing terakhir, jok diulangi maneh,” ancam Karin kepada Donjuan, yang hanya bisa menatap wajah lembut istrinya itu dengan perasaan bersalah.

(jay/JPNN)


Bingung dengan tiga tawaran yang menyulitkan, Karin akhirnya memilih untuk mengadopsi anak dari suaminya.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News