30 Pelaku Industri Ternak Sapi Indonesia Belajar di Queensland
"Kita juga melihat fasilitas peternakan di sini yang sangat mengesankan, sangat efisien dan memungkinkan memproses ternak tingkat stres yang rendah."
Salah satu teknik penanganan tingkat stres rendah, yang menurut Rrozi bisa diterapkan di Indonesia adalah penggunaan alat khusus yang disebut calf cradle. Alat ini digunakan untuk mengangkut sapi.
"Saya pikir kita bisa menerapkannya di perusahaan kami. Saya akan menjelaskan kepada pimpinan saya, bahwa penggunaan calf craddle ini sangat efisien dalam hal waktu dan tingkat stress bagi hewan.
Rozi (Kiri bawah) and Fifi (ketiga dari kiri bawah) bersama partisipan lainnya dari Indonesia di Longreach Pastoral College. Foto: ABC Rural, Lydia Burton.
Peserta lainnya adalah Vivy Eny Martuti, yang sering disapa Fifi. Fifi bekerja sebagai dokter hewan bagi pemerintah Indonesia. Ia juga kerap memiliki minat pada sapi Wagyu.
Fifi mengaku salah satu sekembalinya ke Indonesia, ia ingin mengawinsilangkan antara sapi lokal asal Madura dengan jenis Angus dan Wagyus.
"Saya ingin menggunakan inseminasi buatan untuk mengawinkan mereka," katanya. Fifi mengaku belajar banyak hal soal pertanian dari Australia.
"Inovasi sistem pertanian organik dapat diterapkan di Indonesia, hampir semua pengetahuan yang dapat diterapkan di Indonesia," katanya.
Sekelompok pelaku dan profesional industri daging sapi asal Indonesia sedang berada di Queensland Barat. Kunjungan mereka adalah untuk belajar mengenai
- Dunia Hari Ini: Pria Australia Diancam 12 Tahun Penjara di Bali
- Dunia Hari Ini: Australia Akan Mempersulit Orang yang Suka Gonta-ganti Visa
- Dunia Hari Ini: Lukisan Raja Charles Jadi Serangan Aktivis Pencinta Hewan
- Dunia Hari Ini: Misteri Kematian Presenter TV Inggris Akhirnya Terjawab
- Vina Setelah 8 Tahun: Cerita yang Belum Selesai
- Dunia Hari Ini: Sekolah Milik PBB Diserang Israel, 40 Warga Palestina Tewas