55 Ilmuwan Diaspora Pulang ke Tanah Air, Sudah 2.500 Pendaftar Ingin Berjumpa

55 Ilmuwan Diaspora Pulang ke Tanah Air, Sudah 2.500 Pendaftar Ingin Berjumpa
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Prof Ali Ghufron Mukti. Foto: Esy/JPNN.com

Di sisi lain, Dirjen Ghufron menyampaikan beberapa ilmuwan diaspora yang diundang adalah mahasiswa Post Doctoral yang masih muda, tetapi sudah memiliki berbagai pengalaman di bidang keahliannya. Terdapat pula ilmuwan diaspora yang usianya di bawah 40 tahun, tapi telah memiliki jenjang karier yang menjanjikan di institusi tempatnya bekerja.

Berkat kegiatan ini pula, mereka mampu menjadi jembatan untuk menjalin kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) hingga mobilisasi dosen atau mahasiswa Indonesia ke institusi luar negeri ternama.

"Ilmuwan diaspora yang muda ini kami berikan kesempatan untuk menularkan ketertarikan terhadap sains kepada generasi millennial. Maka dari itu, pada rangkaian acara tanggal 20 Agustus nanti akan ada sesi khusus talk show yang dikemas menarik dan interaktif untuk membicarakan sains. Para peserta juga bisa memanfaatkan acara ini untuk bertemu dan bertanya langsung mengenai pengalaman hingga tips dan trik belajar di perguruan tinggi luar negeri," tutur Dirjen Ghufron.

Tak hanya itu, untuk lebih mendekatkan ilmuwan diaspora kepada generasi muda, Kemenristekdikti juga mengajak mahasiswa dari seluruh negeri untuk mendampingi para ilmuwan diaspora selama mengunjungi institusi di berbagai daerah.

Para mahasiswa cukup mengunggah ulang (re-post) poster SCKD 2019 melalui akun instagram pribadinya, kemudian menuliskan caption menarik mengenai makna ilmuwan diaspora. Alhasil, cara ini pun mendapat cukup perhatian dari para netizen.

"Para mahasiswa tentu sangat tertarik, bisa jalan-jalan mengunjungi daerah yang mungkin belum pernah mereka datangi, ditambah dapat melihat langsung aktivitas para ilmuwan diaspora, ini adalah pengalaman yang langka. Para ilmuwan diaspora akan bertindak sebagai role model, terlebih bagi mahasiswa yang memiliki minat besar untuk melanjutkan studi," kata Dirjen Ghufron.

Sementara bagi dosen muda, SCKD 2019 mampu menjadi sarana untuk memperluas jaringan dengan akademisi luar negeri. Dirjen Ghufron menambahkan, ilmuwan diaspora harus mampu mengafirmasi perguruan tinggi yang selama ini masih kesulitan untuk meningkatkan penelitian dan publikasinya. Peran dan keterlibatan inilah yang kemudian menjadi sarana untuk terus merajut nasionalisme dan kebangsaan ilmuwan diaspora yang kerap menjadi sorotan lantaran memilih bekerja di luar negeri.

"Inilah yang kami sebut 'Membangun Indonesia dari Dunia'. Para ilmuwan diaspora adalah anak bangsa yang perlu untuk dirangkul dalam membangun Indonesia. Saya harap acara ini dapat bermanfaat bagi pengembngan pendidikan tinggi kita ke depan," tandas Dirjen Ghufron. (esy/jpnn)

Lebih dari 2.500 peserta mendaftar untuk bertemu ilmuwan diaspora yang telah sukses meniti karier sebagai akademisi di luar negeri tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News