Ajak Orang Tua Perangi Gigi Gigis Balita

Ajak Orang Tua Perangi Gigi Gigis Balita
PEDULI GIGI: Risqa Rina Darwita (duduk tengah) bersama keluarga besarnya usai pengukuhan sebagai guru besar Universitas Indonesia, Sabtu (21/4). Foto : Hilmi Setiawan/Jawa Pos
Penyakit gangguan gigi susu yang disebabkan kolonisasi dini bakteri streptococcus mutans itu, kata Risqa, juga berpengaruh besar kepada pemenuhan gizi balita. Sebab, rata-rata balita yang terserang karies gigi sulit makan karena merasa sakit saat mengunyah makanan.

Para balita yang gigi susunya sudah menghitam dan tinggal sedikit biasanya lebih doyan makanan ringan (snack) ketimbang makanan berat yang mengandung gizi tinggi. Makanan ringan tidak harus dikunyah secara kuat untuk memakannya.

Risiko gizi buruk bagi bayi atau balita yang giginya gigis juga bisa disebabkan makanan yang tidak sempurna dalam pengunyahannya. "Bagaimana mau sempurna saat mengunyah kalau giginya habis," kata perempuan yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai peneliti muda LIPI itu.

Risqa menuturkan, zat gizi yang terkandung dalam makanan bisa terserap optimal apabila makanan telah hancur dengan sempurna di dalam rongga mulut. Zat gizi pada makanan yang hancur dengan sempurna ini bisa dengan mudah diserap oleh usus dua belas jari. Setelah diserap usus, gizi dibawa peredaran darah menuju hati untuk proses metabolisme. Setelah itu, zat gizi siap didistribusikan ke seluruh organ tubuh.

Berkat gagasannya mengoptimalkan peran kader posyandu menjadi penyuluh gigi dan mulut, Risqa Rina Darwita meraih gelar guru besar di Fakultas Kedokteran

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News