Akselerasi PTM Terbatas dan Dorong Vaksinasi Bagi Pelajar

Oleh: Agustina Doren

Akselerasi PTM Terbatas dan Dorong Vaksinasi Bagi Pelajar
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Agustina Doren. Foto: Dokumentasi pribadi

Dalam melaksanakan tahapan vaksinasi ini, tentunya koordinasi stakeholder menjadi sangat vital. Koordinasi Kemendikbudristek, Kemenkes, Kemenag dan Kemendagri harus berjalan dengan baik sesuai porsi. Kemendikbudristek dengan Kemenag menyiapkan data pendidik dan tenaga pendidik yang dijadikan basis data untuk dilakukannya vaksinasi, lalu di proses melalui Kemenkes hingga ke Dinas Kesehatan daerah untun pelaksanaan vaksinasi.

Pembukaan PTM terbatas juga tidak bisa diputuskan begitu saja oleh satuan pendidikan namun harus ada izin dari pemda dan satuan tugas Covid-19 daerah. Indonesia adalah 1 dari empat negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang belum melaksanakan PTM secara penuh sementara sebanyak 23 negara yang lainnya sudah melaksanakannya, antara lain Vietnam, Laos hingga Kamboja.

Mendorong Pelaksanaan Vaksinasi Pelajar

Selama lebih dari satu tahun pandemi, ada banyak sekali dampak sosial negatif yang telah terjadi. Diantaranya anak putus sekolah karena ketidakberdayaan dalam soa perekonomian, penurunan pencapaian belajar yang menyebabkan learning loss, hingga terjadinya risiko eksternal terhadap anak seperti pernikahan dini dan kehamilan remaja.

Untuk mencegah dampak sosial negatif seperti ini pemerintah harus terus mendorong pelaksanaan vaksinasi terhadap pelajar. Jenis vaksin untuk anak di Indonesia yang disetujui oleh BPOM adalah Sinovac. Pada Agustus 2021 sasaran vaksinasi remaja 12-17 tahun ditargetkan kepada sebanyak 26,7 juta jiwa.

Progress dosis pertama yang telah dilaksanakan adaha sebesar 2,3 juta jiwa dan dosis kedua 286 ribu jiwa. Angka ini tentunya menunjukkan tingkat yang masih sangat rendah bagi vaksinasi remaja.

Untuk itulah pemerintah sudah seharusnya memprioritaskan vaksinasi terhadap remaja ini karena selain adanya dampak sosial negatif seperti yang disebutkan sebelumnya, faktanya motivasi belajar murid terhadap pembelajaran daring semakin menurun setiap waktu.

Berbagai hasil penelitian pun banyak yang menunjukkan bahwa hilangnya motivasi belajar terjadi karena tidak adanya kontak secara langsung antara guru dan murid, metode belajar yang kurang menarik, dan fasilitas belajar online yang tidak memadai, sehingga PTM terbatas memang sudah saatnya dilaksanakan.

SKB Empat Menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 mendorong akselerasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News