Anggap Faktor Jokowi Dongkrak Partisipasi Pemilih di Luar Negeri

Anggap Faktor Jokowi Dongkrak Partisipasi Pemilih di Luar Negeri
Anggap Faktor Jokowi Dongkrak Partisipasi Pemilih di Luar Negeri

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Haryadi menilai Pemilu Presiden RI yang berlangsung 4-5 Juli lalu di luar negeri menunjukkan tingginya antusias dan partisipasi pemilih. Bahkan, Komisi Pemilihan Umum terpaksa harus memperpanjang masa pemungutan di sejumlah perwakilan Indonesia di luar negeri karena antusiasme pemilih.

"Menariknya, orientasi politik sebagian besar pemilih di luar negeri itu ditujukan kepada pasangan Jokowi-JK. Bukan yang lain," ungkap Haryadi, Senin (7/7).

Menurutnya, sebagian besar dari mereka beralasan pilihan itu sesuai dengan identifikasi semangat zaman baru bagi Indonesia ke depan. Selain itu juga, persepsi akan lebih mudahnya relasi diplomasi dengan luar negeri jika Jokowi juga mendongkrak partisipasi pemilih di kalangan WNI yang ada di mancanegara.

"Dalam persepsi mereka, akan ada kerepotan maha besar dalam relasi Indonesia dengan dunia internasional jika Prabowo yang terpilih. Pastilah mereka pun warga Indonesia akan repot keberadaannya di luar negeri," katanya.

Di samping itu, Haryadi melanjutkan, semangat baru sebagaimana terlihat di luar negeri itu juga merupakan refleksi regenerasi kepemimpinan nasional yang sifatnya alami. Menurutnya, Jokowi adalah figur  representasi generasi penerus. Sementara Prabowo adalah figur generasi tua yang sudah habis zamannya.

"Kiranya menjadi mudah dipahami kemudian jika hasil hitung cepat Pilpres 2014 di luar negeri semuanya dimenangkan telak oleh Jokowi-JK 60 - 85 persen," paparnya.

Dibeberkannya pula, tingginya semangat dan animo kehadiran warga Indonesia dalam pilpres kali ini menyebabkan KBRI di banyak negara terpaksa menyewa sekolahan setempat  untuk dijadikan tempat tempat pemungutan suara (TPS).

Bahkan di Hongkong, tingkat partisipasinya melonjak sekitar 300 persen. Di Australia, warga dan bahkan diplomat Indonesia yang dahulu dalam pemilu legislatif ogah-ogahan menggunakan hak pilih, mendadak mau memilih. Antrean di hampir semua TPS panjang sekali sampai mengalahkan antrean Apple Store saat launching Iphone baru.

JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Haryadi menilai Pemilu Presiden RI yang berlangsung 4-5 Juli lalu di luar negeri menunjukkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News