Antara Boring Show dan Adu Penalti
Minggu, 24 Juni 2012 – 12:33 WIB

Pemain Italia, saat berlatih di Gdansk Arena, Gdansk, Polandia. FOTO : HENDRA EKA/JAWA POS
"Pertama, saya tidak tahu dan tidak berharap pertandingan akan berlanjut sampai adu penalti. Yang kedua, saya tidak tahu siapa saja pemain yang masih akan bertahan sampai 120 menit (setelah babak tambahan waktu, Red)," sambung pelatih 64 tahun tersebut.
Inggris memang harus menghindari penalti apabila menilik statistik buruk mereka dalam babak tos-tosan di turnamen besar. Pada Euro 1996 dan 2004 plus Piala Dunia 1990, 1998 dan 2006, Inggris selalu kalah setiap kali melakoni drama adu penalti.
Kapten sekaligus kiper Italia Gianluigi Buffon juga lebih memilih mengakhiri laga di waktu normal. "Untuk semua yang terlibat, demi jantung kami, akan lebih baik apabila pertandingan berakhir tanpa adu penalti," katanya seperti dikutip Football Italia.
"Tapi, jika memang harus terjadi, maka kami siap menghadapinya," imbuh kiper yang memiliki statistik menang dua kali dan kalah sekali dalam adu penalti bersama Italia.
KIEV - Sebelum "tiki-taka" milik Spanyol menjadi ikon permainan sepak bola saat ini, panggung lapangan hijau lebih dulu mengenal "catenaccio"
BERITA TERKAIT
- PSSI Akan Ikut Bidding Jadi Tuan Rumah Putaran Keempat Piala Dunia 2026
- Membanggakan, Petarung BFC Dede Dina Rebut Sabuk One Pride Women Strawweight
- Semifinal Liga Champions Inter vs Barcelona: Lewandowski akan Mulai dari Bangku Cadangan
- 2 Kehilangan Persebaya Surabaya saat Imbang Kontra Persik Kediri
- Semifinal Liga Champions Inter vs Barcelona: Flick Tuntut Pemainnya Kurangi Kesalahan
- Bupati Sumedang Open 2025 untuk Regenerasi Atlet Berprestasi