Antisipasi Dampak El Nino, Kementan Bentuk Tim EWS SIPANTARA, Ini Tugasnya

"Para POPT kami segera turun lapangan melakukan fasilitasi DPI seluas 375 hektare, fasilitasi klinik sebanyak 150 unit, gerakan pengendalian hortikultura seluas 6.800 hektare di kampung hortikultura, dan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) sebanyak 120 kelompok," papar Jekvy.
Dia berharap semua kegiatan tersebut dilakukan secara cepat dan tepat sasaran dalam rangka antisipasi El Nino di lapangan.
Berdasarkan hasil monitoring dan prediksi iklim oleh BMKG dan beberapa Pusat Prediksi iklim dunia, menyatakan bahwa gangguan iklim global La Nina sudah berakhir menjadi netral pada Maret-April 2023.
Namun demikian mulai pertengahan 2023 periode Juni-Juli-Agustus diprediksi berpotensi terjadi El Nino dengan peluang 70-90 persen.
Di sisi lain, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada fase netral dan diprediksi IOD akan menuju fase postif.
Kombinasi dari 2 fenomena tersebut berpotensi berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kondisi ini diperparah lagi, karena pada periode tersebut Indonesia berada pada puncak dan akhir musim kemarau pada Agustus sampai dengan September 2023.
Berdasarkan prakiraan sifat hujan bulanan untuk Juni hingga November 2023 menunjukkan kondisi bawah normal (lebih kering), terutama untuk wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Tengah dan Selatan dan Kalimantan bagian Tengah dan Selatan.
Kementan melalui Ditjen Hortikultura bergerak cepat mengantisipasi dampak cuaca ekstrem El Nino dengan membentuk Tim EWS SIPANTARA
- Mentan Amran Sebut Produksi Beras Melonjak, Ini Angka Tertinggi
- Telkom Libatkan Komunitas Lokal, UMK, & Masyarakat untuk Perubahan Bumi
- Cuaca Hari Ini, BMKG Prakiraan Ada Hujan di Wilayah Ini
- Buku 'Siapa Bayar Apa Untuk Transisi Hijau?, Mengulas Tantangan Pembiayaan Energi
- Wamentan Sudaryono Optimistis Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Hari Bumi, Siswa SIS SJ Diajak Ikut Atasi Perubahan Iklim Sejak Dini