Apakah Membuka Kembali Kelab Malam di Australia Merupakan Langkah Tepat?

Peter Miller, Profesor psikologi di Deakin University di Geelong, sekitar 60 km dari Melbourne mengatakan seharusnya klub malam belum diizinkan dibuka dimanapun di Australia.
Profesor Miller pernah bekerja selama 10 tahun sebagai petugas di pintu klub malam yang dikenal dengan istilah 'bouncer'.
Dia mengatakan pembatasan bagi mereka yang boleh membeli minum dan turun ke lantai dansa merupakan hal yang "aneh" dan tidak akan efektif untuk mencegah kerumunan.
"Ini seperti mengundang bencana," katanya.
"Saya kira kita harus berasumsi bahwa ketika orang mabuk mereka akan berperilaku seperti orang mabuk."
"Masalahnya adalah mereka yang pergi ke klub malam melakukan tindakan yang ingin mereka lakukan, bukan yang apa yang diperintahkan orang lain."
'Lockdown' Melbourne babak kedua:
- Pasang surut bisnis warga Indonesia di Melbourne saat 'lockdown' kedua diberlakukan
- Warga Melbourne disarankan menggunakan masker bila keluar rumah dan jika tak bisa jaga jarak
- Muslim di Melbourne: naiknya penularan COVID-19 tidak ada kaitannya dengan agama
Profesor Miller mengatakan kemungkinan penularan virus corona harus betul-betul diberantas sampai nol, sebelum klub malam boleh dibuka lagi.
Para pakar kesehatan di Australia mempertanyakan keputusan mengizinkan kembali klub malam dibuka di beberapa negara bagian di tengah meningkatnya kasus COVID-19
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan