#ArrestMeToo: Media Myanmar Kompak Kecam Pemerintah

#ArrestMeToo: Media Myanmar Kompak Kecam Pemerintah
Media Myanmar bereaksi keras atas vonis tujuh tahun penjara terhadap dua jurnalis Reuters. Foto: The Guardian

jpnn.com, YANGON - Vonis penjara tujuh tahun untuk Kyaw Soe Oo dan Wa Lone, jurnalis Reuters, memantik reaksi keras media Myanmar. Mereka menggelar aksi solidaritas di dunia maya dan nyata.

Tagar #ArrestMeToo bertebaran di internet. Sedikitnya dua media cetak memunculkan keprihatinan pada halaman depan. Tanpa foto A dan tanpa warna.

”Kalau wartawan ditangkap karena mengumpulkan data dan nomor kontak, maka tangkap saya juga.” Begitu bunyi pesan bertagar #ArrestMeToo yang beredar di Twitter dan Facebook seperti dilansir The Guardian.

Bukan hanya jurnalis, sebagian besar pengguna internet menggunakan tagar tersebut dalam unggahan status atau pesan mereka sebagai wujud solidaritas.

Kemarin (6/9) harian 7Day Daily terbit tanpa foto A. Sebagai gantinya, koran itu menghadirkan kotak hitam pada bagian yang seharusnya menjadi lokasi foto A.

Media lain, Myanmar Times, halaman depannya didesain tanpa warna. Hitam putih. Foto Kyaw mendominasi sampul koran berbahasa Inggris tersebut.

Tidak hanya itu. Myanmar Times juga menampilkan kartun pisau yang menusuk koran. Di bawah gambar tersebut terdapat tulisan who’s next. Pertanyaan itu bernada satire yang menantang pemerintah. Harian tersebut menanyakan siapa jurnalis berikutnya yang akan menjadi korban.

Kemarin para pekerja media Myanmar juga berunjuk rasa. Mereka memprotes kebijakan ketat pemerintah tentang sensor. Mereka juga menuntut Kyaw dan Wa dibebaskan. Tidak ada teriakan dalam aksi damai itu.

Vonis penjara tujuh tahun untuk Kyaw Soe Oo dan Wa Lone, jurnalis Reuters, memantik reaksi keras media Myanmar

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News