Bahas Krisis Pangan, Dubes Rusia Tak Sedikit pun Singgung Perang di Ukraina

Bahas Krisis Pangan, Dubes Rusia Tak Sedikit pun Singgung Perang di Ukraina
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menyampaikan taklimat media di Jakarta, Rabu (4/9/2019). Foto: ANTARA/Yashinta Difa

Pada Februari 2022 sudah 31-62 persen lebih tinggi dari rata-rata untuk lima tahun sebelumnya. Harga jagung telah meningkat 162 persen selama dua tahun terakhir. Lobak – sebesar 175 persen.

Sementara itu, stok pangan berada pada level terendah dalam 5-10 tahun. Transisi "energi hijau" Uni Eropa yang keliru menyebabkan rekor harga energi.

Hal ini, pada gilirannya, memicu kenaikan biaya produksi pertanian: harga bahan bakar dan listrik naik secara substansial (harga minyak – lebih dari 22 persen pada 2020-2022, harga rata-rata listrik di Eropa mencapai titik tertinggi dalam sejarah pada Maret 2022 – sebesar 350 -530 persen di beberapa negara Eropa dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021).

Hal ini langsung terlihat pada pupuk (harga carbamide dan saltpeter melonjak 3,5-4 kali lipat, lainnya – 2,5-3 kali lipat) dan produksi cereal. Faktor-faktor ini diperparah oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung dan bencana alam di beberapa bagian dunia.

Pengeluaran transportasi tumbuh karena pembatasan perjalanan internasional anti-COVID, gangguan logistik, dan penurunan volume pengiriman. Tarif angkutan hampir dua kali lipat.

Dubes Lyudmila mengatakan dampak buruk pada ekonomi global diperparah oleh tindakan pembatasan Barat yang sepihak dan tidak sah terhadap Rusia, termasuk hambatan pengiriman barang, kesulitan pembayaran, larangan transaksi, dan masalah bea cukai, yang telah menjadi faktor risiko tambahan bagi ketahanan pangan global.

Ia mengatakan Uni Eropa secara terbuka mendeklarasikan perang ekonomi dan perdagangan habis-habisan terhadap Rusia – dengan mengabaikan posisi Rusia sebagai pemasok global utama produk pertanian dasar (gandum, jelai, bunga matahari, pupuk mineral, dan tanaman pakan ternak), termasuk untuk negara berpenghasilan rendah yang rentan terhadap risiko kekurangan pangan.

Alih-alih membuat tuduhan yang tidak berdasar, para pemimpin Eropa sebaiknya mengalihkan perhatian mereka untuk memperbaiki kesalahan perhitungan sistemik dalam kebijakan makroekonomi, moneter, perdagangan, energi, dan agroindustri mereka sendiri.

Rusia menilai ada banyak pihak yang patut disalahkan atas kerusakan rantai pasokan pangan global, tetapi mereka sendiri bukan salah satunya

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News