Ballon d’Or, Kenapa Messi?

Ballon d’Or, Kenapa Messi?
Sejumlah anak-anak bermain sepak bola di bantaran sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat, Jakarta beberapa waktu lalu. Foto: Ricardo

Padahal ketika Di Canio tinggal berhadapan dengan kiper dan peluang mencetak gol sangat terbuka. Di Canio memilih menghentikan permainan demi sportivitas dan respek.

Beberapa kejadian menunjukkan pemain yang justru menolak diberi hadiah penalti oleh wasit karena merasa tidak berhak mendapatkannya. Sang pemain justru memprotes wasit dan minta hukuman penalti dibatalkan. Ini adalah contoh respek dan sportsmanship yang mengagumkan.

Pemandangan itu tidak terjadi pada malam pesta Ballon d’Or. Mungkin suatu ketika akan ada pemandangan sportsmanship dan respek seperti di lapangan bola. Mungkin akan ada seorang pemain yang menyerahkan piala kepada pesaingnya, karena ia merasa pesaingnya itu lebih pantas dan lebih berhak.

Tudingan skandal yang dilemparkan Bild tentu tidak main-main. Hal ini akan memengaruhi kredibilitas Majalah France Football yang menjadi tuan rumah dan inisiator penghargaan itu sejak 1958. Bild melihat ada kecurangan, ada faktor-faktor non-teknis yang membuat Lewandowski dikalahkan.

Bild, antara lain, mencurigai faktor tuan rumah yang membuat pemain di liga Prancis memperoleh keuntungan. “Atau ini keuntungan tuan rumah? Surat kabar Prancis, pesta gala dinner di Paris, pemenangnya megabintang klub Prancis,” sergah Bild.

Kalau benar tudingan Bild bahwa Ballon d’Or kali ini diliputi skandal maka hal ini akan menambah daftar panjang skandal sepak bola internasional. Selama ini berbagai skandal masih banyak mewarnai sepak bola internasional. FIFA sebagai badan tertinggi sepak bola dunia masih banyak menerima tudingan negatif karena berbagai skandal.

Penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sampai sekarang masih dicurigai karena diduga ada skandal jual beli suara dalam keputusan FIFA. Otoritas UEFA sebagai lembaga tertinggi sepak bola Eropa juga digoyang karena dianggap melakukan monopoli dan eksploitasi dalam menjalankan kompetisi. Karena itu klub-klub elite Eropa memberontak dan akan membuat kompetisi sendiri.

Kalau Ballon d’Or dianggap tidak objektif lagi, dan bahkan terbukti terjadi skandal, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi perlawanan dan pemberontakan yang memunculkan penghargaan tandingan. (*)

Mungkin banyak yang bosan dengan kemenangan Lionel Messi. Banyak juga yang tidak menyangka Messi bakal menang lagi.


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News