Banyak Guru Sejarah Tak Kuasai Materi
Sabtu, 13 November 2010 – 02:52 WIB
“Pemerintah jarang menambah buku dan sumber referensi mata pelajaran sejarah. Workshop dan pelatihan profesi guru sejarah juga minim. Makanya, guru sejarah harus aktif dan berinovasi dalam mengajar sehingga siswa tidak bosan,” kata Ratna di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Jumat (12/11).
Dijelaskan, pemerintah dalam membuat kurikulum mata pelajaran sejarah seharusnya melibatkan ahli agar dapat merumuskan kembali peranan pendidikan sejarah. Sehingga membentuk karakter bangsa. Profesi guru sejarah juga harus dikembangkan. Lebih lanjut Susanto menambahkan, materi yang ada di dalam kurikulum lebih banyak mengajarkan sejarah politik ketimbang sejarah kebangsaan. Dengan jatah pertemuan maksimal 2 jam pelajaran setiap minggunya, tidak cukup untuk mengajarkan seluruh materi. Sebab, materi sejarah politik sangat banyak.
Baca Juga:
“Pemerintah sepertinya membiarkan siswa tidak mengenal sejarah kelautan dan terlalu fokus pada pembelajaran sejarah kerajaan di daratan. Kalaupun pemerintah menginginkan siswa mempelajari sejarah para tokoh maka isinya harus mengajarkan keteladanan kepada siswa sehingga berpengaruh kepada perilaku siswa itu sendiri,” pintanya.
JAKARTA--Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Susanto dan juga Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Ratna Hapsari mengakui saat ini banyak
BERITA TERKAIT
- Harbuknas 2024: Kemendikbudristek Luncurkan Sastra Masuk Kurikulum
- Delegasi Universitas Trisakti Raih Special Award dalam Kompetisi WYIE
- Pegadaian Berkomitmen Menerapkan TPB/SDGs 4 Tentang Pendidikan Berkualitas
- Sinergi Atma Jaya-Perhumas Jadikan Komunikasi Tetap Relevan dalam Keilmuan dan Praksis
- FISIP UPN Veteran Jakarta & UiTM Implementasikan Kerja Sama Dua Fakultas
- Unicamp 2024, Membantu Guru & Siswa dalam Pengembangan Teknologi Edukasi