Banyak Kejanggalan, Kriminolog UI Tak Percaya Editor Metro TV Bunuh Diri

Banyak Kejanggalan, Kriminolog UI Tak Percaya Editor Metro TV Bunuh Diri
Mendiang Editor Metro TV Yodi Prabowo. Foto: Tangkapan Layar Whatsapp

Selain itu, ahli kriminolog ini juga menampik temuan penyidik yang menyebut korban melakukan perbuatan nekat lantaran dalam pengaruh narkoba.

“Kalau dia dikatakan depresi menggunakan narkoba, tentu dia tidak melakukan sikap yang ada saat ini. Pasti dia sudah ada di tempat-tempat, seperti dalam pengawasan rumah sakit,” jelasnya.

“Bagi saya dia tidak berada dalam depresi yang sangat tinggi. Jadi kalau bunuh diri tidak menunjukkan ke situ,” ungkapnya.

Simon menilai kesimpulan kepolisian jika Yodi Prabowo meninggal karena bunuh diri membuat masyarakat bertanya-tanya.

Pasalnya, temuan awal polisi menyebut bahwa tusukan di dada dan di leher Yodi Prabowo diduga mengarah kepada tindak kejahatan pembunuhan.

“Apa yang dirilis terakhir agak berbeda dengan opini yang berkembang selama ini. Kok enggak sesuai,” kata Simon.

Kesimpulan polisi korban bunuh diri harus dijelaskan secara detail. Apalagi, opini yang berkembang di tengah masyarakat bahwa memang menjadi korban pembunuhan.

“Tetapi buat saya persoalannya polisi itu harus menjelaskan kenapa bisa ada perbedaan opini. Polisi harus menjawab. Ini kan kontradiksi,” ungkapnya.

Jika dilihat dari luka tusukan pada tubuh editor Metro TV Yodi Prabowo, sama sekali tidak mengarah kepada tindakan nekat korban melakukan bunuh diri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News