Batu Bara Masih Urutan Pertama

 Batu Bara Masih Urutan Pertama
Ilustrasi batu bara. Foto: Jawa Pos.Com/JPNN

“Sedangkan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang merupakan sektor paling banyak menyerap tenaga kerja, hanya mampu menyumbang PDRB di peringkat keempat dengan andil 8,08 persen atau Rp 12,65 triliun,” katanya.

Dia menjelaskan, struktur PDRB Kaltim menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2018 tidak menunjukkan perubahan yang berarti, karena masih relatif sama dengan struktur pada triwulan-triwulan sebelumnya. “Masih sama, batu bara masih mendominasi. Belum ada sektor yang bisa menggantikan,” ungkapnya.

Pada triwulan kedua tahun ini masih didominasi lima lapangan usaha utama, yaitu pertambangan dan penggalian, usaha industri pengolahan, konstruksi, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Kemudian disusul lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan peranan 5,68 persen.

“Jika diamati sumber pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan II tahun ini, maka sumber pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini berasal dari lapangan usaha konstruksi yang memiliki andil sebesar 0,68 persen,” ujarnya.

Kemudian diikuti lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan andil sebesar 0,52 persen. Usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki andil sebesar 0,41 persen.

Berikutnya adalah lapangan usaha industri pengolahan dengan andil 0,32 persen. Usaha transportasi dan pergudangan dengan andil 0,28 persen, lapangan usaha jasa pendidikan dengan andil 0,13 persen.

Disusul lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dengan andil 0,10 persen, usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dengan andil 0,09 persen, dan lapangan usaha lainnya sebesar 0,30 persen.

"Lapangan usaha pertambangan dan penggalian menjadi satu-satunya usaha yang memberi andil negatif pada triwulan II 2018 terhadap pertumbuhan perekonomian Kaltim, yakni minus 0,99 persen. Namun, karena kontribusinya masih besar dalam struktur menyebabkan lambatnya kecepatan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara tahunan," tutupnya. (*/ctr/ndu/k15)


Setelah batu bara, andil kedua terbesar adalah dari lapangan industri pengolahan dengan angka 18,33 persen atau senilai Rp 28,7 triliun.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News