Begitu Diresmikan Golden Tulip Bali Garap Originasi Tiongkok

Begitu Diresmikan Golden Tulip Bali Garap Originasi Tiongkok
Golden Tulip Bay View Hotel & Convention Hotel, di Jimbaran, Bali. Foto: golden tulip.com

Seperti sering diungkapkan Menpar, wisman Tiongkok itu melakukan berwisata ke luar negeri 70 persen menggunakan online system. Mereka look (searching) menggunakan Baidu (Google-nya China), book dan pay menggunakan Ctrip, Alitrip, dan lainnya. Mereka sudah internet minded, semua menggunakan akses internet. "Karena itu tidak salah jika hotel ini mengarahkan market dari sana," paparnya. 

Golden Tulip ini juga menggarap pasar MICE, meetings, incentives, converences, dan exhibitions. Pasar itu juga sangat besar di China dan Singapura. Sedangkan Bali adalah favourite buat MICE, karena Pulau Dewata ini punya segalanya. Meeting bonus berwisata di Bali, itu konsep yang layak jual dan memiliki benefit yang tinggi. "Silakan dikembangkan MICE Bali dan Jakarta, karena amenitasnya paling lengkap. Kota kedua adalah Surabaya, Bandung, Jogjakarta dan Bintan, yang siap dipasarkan MICE nya," kata Arief Yahya. 

Ediyanto Wijaya pun terinspirasi oleh penjelasan Menpar Arief Yahya itu. Dia mulai mendesain hotel yang hanya 6 menit ke pusat ikan bakar Jimbaran itu dengan pasar Tiongkok. "Ini adalah hotel kelima kami, satu di Seminyak, satu di Jimbaran, satu di Jababeka Cikarang, dua di Bandung," ungkap Edi yang sangat respek dengan langkah Menteri Arief Yahya dalam menahkodai Kemenpar itu. 

Sebagai pelaku industri pariwisata, dia sangat terbantu oleh gaya marketingnya. Dia bahkan ingat kata-kata Presiden Jokowi saat pertama kali memperkenalkan Arief Yahya sebagai menpar. "Hati-hati dengan Menpar Arief Yahya, semua bisa dia pasarkan, termasuk Anda!" ungkapnya. 

Golden Tulip yang hanya berselang 20 menit dari dan ke Bandara Internasional Ngurah Rai itu juga membidik pasar MICE. Dia yakin bisnis pariwisata itu akan survive dan sustainable. Dia sudah berpengalaman menghadapi badai krisis yang silih berganti, datang dan pergi. "Dulu sempat booming Rusia, lalu surut lagi. Juga Jepang, lalu turun lagi. Sekarang China, mereka punya struktur ekonomi yang sangat kokoh dan mampu ber wisata ke luar negeri," ujar Edi. 

Dia ingin mematahkan asumsi, bahwa hotel di Bali harus punya pantai. Posisinya yang di atas bukit cukup unik, memanfaatkan kontur tanah. "Kami bisa melihat laut, dari bukit. Bisa menyaksikan sun rise dan sun set sekaligus," ungkap Edi.(jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News