Bekas Feri Cepat, Ditembak karena Boros Bahan Bakar

Bekas Feri Cepat, Ditembak karena Boros Bahan Bakar
PENUH KENANGAN: Romadi dengan latar belakang KRI Karang Banteng di Dermaga Ujung Armatim, Selasa (2/6). Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

Di KRI Karang Banteng yang berbobot 493 metrik ton tersebut, Romadi adalah juri mesin diesel generator (DG).

Selama masa baktinya, KRI Karang Banteng pernah dipimpin lima komandan silih berganti. Yakni, Mayor Laut (P) Edy Supriyanto (sekarang kepala Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Surabaya, Mayor Laut (P) Adi Lumaksana (komandan Pangkalan AL Lanal Saumlaki, Ambon), dan Mayor Laut (P) Nurrozi (perwira pelaksana komandan Lanal Sorong, Papua).

Selanjutnya, ada Mayor Laut (P) Agung Sapto Adi (Dinas Komunikasi dan Elektronika Koarmatim) dan yang sekarang Kapten Laut (P) Dita Ariyanugroho.

Di antara seluruh kru kapal, hanya dua orang yang tidak pernah ganti. Selain Romadi, ada Serka Mes Sudaryanto yang sekarang mendukung patroli perbatasan di Ambalat.

Menurut Romadi, perbaikan sebelum KRI Karang Banteng benar-benar berlayar dilaksanakan selama enam bulan. Sebab, kondisi kapal yang termasuk kategori feri cepat itu memang kurang laik. Kondisi bangunannya tinggal 60–70 persen.

Kelistrikan dan permesinan masih 50–65 persen. Sistem peranti elektronik dan komunikasi tinggal 60 persen. Artinya, banyak peralatan yang tidak berfungsi.

Sejatinya desain bodi dan interior KRI Karang Banteng cukup apik. Mirip kapal pesiar mewah. Sebab, dulu kapal itu milik PT Angkutan Danau dan Penyeberangan. BUMN memberikan kapal tersebut kepada Kementerian Pertahanan melalui TNI-AL pada 15 September 2005.

Kapal produksi 1998 dari galangan Laurzen, Jerman, itu sebelumnya melayani jalur Surabaya–Banjarmasin, Surabaya–Balikpapan, dan Kupang–Banjarmasin. Namanya masih KM Serayu.

SUASANA dermaga penjelajah barat Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim) pada Minggu pagi (1/6) tampak berbeda. Pada akhir pekan itu masih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News