Berbahasa Jawa, Ganti Njur Ngopo Jadi So What

Berbahasa Jawa, Ganti Njur Ngopo Jadi So What
KONSISTEN BERKARYA: Hasmi dengan latar belakang lukisan komik Gundala yang terpajang di ruang tamu redaksi Jawa Pos. Foto: Beky Subechi/JAWA POS/JPNN
 

Hasmi mengakui, Indonesia saat ini kebanjiran superhero dari Jepang dan AS. Terutama Jepang yang mendominasi dalam hal komik alias manga. Namun, itu seharusnya tidak menciutkan nyali komikus tanah air. Komikus Indonesia harus melawan dengan karya.

 

Hasmi justru sangat menghargai jika ada komikus Indonesia yang menciptakan superhero baru. Dia mendorong anak-anak muda untuk tidak takut merilis karya-karyanya. Tapi, mereka harus percaya diri dengan identitas Indonesia. Hasmi menyayangkan jika mereka menciptakan jagoan yang "ke-Jepang-Jepang-an"ï¿ ½.

 

"Misalnya, biar mirip komik Jepang, nama tokohnya Nikitocowo. Mengapa harus malu kalau tokohnya diberi nama Ngadiono" Kan itu nama asli orang Indonesia. Kemudian, kejadiannya di Klaten. Kan tidak apa-apa. Justru itu menunjukkan identitas asli kita," ujarnya.

 

Sangat mungkin, kata Hasmi, hal tersebut terjadi di meja penerbitan. Para penerbit mengganti nama-nama Indonesia dengan nama Jepang karena ingin mendongkrak penjualan. Padahal, upaya itu justru mencerabut identitas keindonesiaan.

Harya Suraminata alias Hasmi telah melahirkan kisah jagoan super Gundala Putra Petir yang terbit pada 1969. Setelah beraksi dalam 23 judul, kisah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News