Bingung Bisa Terima Banyak SMS

Bingung Bisa Terima Banyak SMS
KOLABORASI: Aris dan Gisel menyanyikan lagu Sempurna milik Andra and The Backbone saat berkunjung ke Graha Pena Jakarta. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos
  Jika berangkat sekolah, siswi kelas 2 SMA Kristen Petra 1 Surabaya itu diantar ibunya menaiki sepeda motor jenis bebek. Turun di depan gerbang paling luar sekolah, lalu buru-buru berjalan masuk. Menurut Gisel, selama ini teman-temannya tidak ada yang tahu dengan kondisi asli keluarganya. ’’Bukannya menutupi, cuma nggak pengin buka-buka saja. Agak gengsi aja kalau di sekolah,’’ akunya.

  Lalu, mengapa tidak mau diantar sekolah papa? ’’Kalau papa yang nganter, nggak mau karena malu. Kecuali kalau les (vokal), papa yang antar naik Vespa,’’ jawab anak tunggal itu.

  Gisel mengakui, dirinya memang jaga gengsi. Menurut dia, biar miskin asal keren. Jadilah, dia seperti sekarang. Dandanan modis, punya ponsel bagus, dan pergaulan dengan anak orang kaya. ’’Potongan rambut aku ini Rp 15 ribu lho, nggak keliatan kan?’’ sahutnya, sambil menunjuk ke arah rambutnya yang dicat cokelat.

  Sedangkan Januarisman alias Aris mengaku dari jalanan. Semua orang kini sudah tahu, dia menjadi pengamen di kereta jurusan Kota–Bekasi karena impitan ekonomi. Awalnya Aris berbohong kepada kedua orang tuanya, Sllop Runtuwene dan Siti Rohaya tentang pekerjaannya itu. Sebab, orang tuanya tidak setuju. Tapi, Aris sering pulang sambil membawa uang Rp 15 ribu untuk orang tuanya. ’’Sebelumnya sih saya bilang saja uang hasil mungutin bola (anak gawang). Tapi, lama-lama mereka nggak percaya,’’ kisah pria kelahiran Jakarta, 25 Januari 1987, itu.

  Ketika itu, rata-rata penghasilan Aris mengamen di kereta api Rp 20 ribu per hari. Aris kemudian mengambil Rp 5 ribu untuk merokok dan makan, sisanya diberikan kepada orang tua. ’’Saya memang pengin banget membahagiakan orang tua. Sebab, kan keluarga saya nggak mampu,’’ akunya.

  Aris adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ayahnya, Sllop, bekerja di sebuah gereja. Sedangkan Siti bekerja sebagai penjahit dan guru mengaji anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya, Cakung, Jakarta Timur.

  Pria belia itu putus sekolah kelas 2 SMP karena kesulitan biaya. Ditambah aktivitas mengamen menyebabkan sering bolos sekolah. ’’Tapi, puas banget bisa menjadi pengamen. Bergaul dengan teman-teman di jalan buat saya itu lebih enak. Dapat pengalaman itu bukan dari orang besar, tapi dari orang-orang yang hidup seperti itu. Karena, buat saya mereka jujur dan solid,’’ ungkapnya.

  Menurut Aris, teman-temannya di jalan sampai saat ini tetap kompak. Bahkan, kata dia, ada yang sengaja membeli pulsa semampu mungkin untuk SMS ke Indonesian Idol mendukung temannya sesama musisi jalanan. ’’Untuk mereka, gue mau bangun studio. Dan mau bikin rumah singgah untuk ngumpul-ngumpul lagi sama gue,’’ ujarnya. (sugeng sulaksono/nda)

Ada beberapa kisah di balik perjuangan Gisella Anastasia, 18, dan Januarisman Runtuwene, 21, menuju final Indonesian Idol 2008. Keduanya sama-sama


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News