BMKG: Terjadi 33 Kali Gempa Susulan Pascagempa Banten

BMKG: Terjadi 33 Kali Gempa Susulan Pascagempa Banten
Ilustrasi - Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Kadu Agung Timur, Lebak, Banten, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa

Data monitoring muka laut tidak menunjukkan adanya catatan perubahan muka laut pascagempa. 

Hal ini yang menjadi bukti bahwa gempa yang terjadi tidak memicu tsunami.

Jenis gempa berupa gempa dangkal akibat adanya deformasi atau patahan batuan di dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi/menunjam ke bawah Selat Sunda-Banten.

 Para ahli menyebut jenis gempa ini sebagai intraslab earthquake. 

Ciri gempa intraslab mampu meradiasikan guncangan (ground motion) yang lebih besar dan lebih kuat dari gempa sekelasnya dari sumber lain. 

Wajar apabila gempa ini memiliki spektrum guncangan yang sangat luas dirasakan hingga Sumatera Selatan hingga Jawa Barat.

Guncangan gempa juga terasa sangat kuat di Jakarta disebabkan karena adanya efek tapak lokal (local site effect) lapisan tanah lunak dan tebal di wilayah ibu kota yang memicu terjadinya resonansi gelombang gempa, hingga guncangan tanah mengalami amplifikasi atau perbesaran di samping juga adanya fenomena vibrasi periode panjang (long period vibration) karena gempa kuat yang sumbernya relatif jauh.

Gempa Jumat sore tersebut, kata Daryono, jenisnya mirip dengan gempa selatan Jawa Timur magnitudo 6,1 pada 10 April 2021 lalu yang juga bersifat destruktif. Sama-sama gempa intraslab, yaitu gempa dengan sumber di dalam Lempeng Indo-Australia. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BMKG mencatat terjadi 33 kali gempa susulan pascagempa Banten. Gempa susulan terbesar bermagnitudo 5,7.  


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News