Brasil Mengerikan, Naime: Kami Tak Tahu di Mana Angka Kematian itu Akan Berhenti

Brasil Mengerikan, Naime: Kami Tak Tahu di Mana Angka Kematian itu Akan Berhenti
Warga Paraisopolis, permukiman kumuh terbesar di Sao Paulo, Brasil, terpaksa bergerak sendiri melawan virus corona. Foto: Reuters

Pertambahan itu meningkatkan total jumlah kasus menjadi lebih dari tiga juta dan jumlah kematian menjadi 100.477.

Mahkamah Agung dan Kongres Brasil, lembaga yang mengkritik penanganan Bolsonaro atas pandemi, masing-masing menyatakan tiga dan empat hari berkabung nasional untuk memperingati 100.000 orang yang meninggal karena COVID-19. Presiden tidak berkomentar secara terbuka.

Dua menteri kesehatan, keduanya dokter, telah mengundurkan diri karena berbeda pendapat dengan Bolsonaro.

Pelaksana tugas menteri kesehatan saat ini adalah seorang jenderal militer yang telah mengabaikan seruan untuk menjaga jarak sosial, yang menurut para ahli penting tetapi ditentang sang presiden sendiri.

Bolsonaro, yang menyebut COVID-19 sebagai "flu ringan", mengatakan ia sembuh dari infeksi virus corona berkat hydroxychloroquine, obat antimalaria yang belum terbukti ampuh melawan virus corona.

"Kami tidak tahu di mana angka itu akan berhenti, mungkin pada 150.000 atau 200.000 kematian. Hanya waktu yang akan menunjukkan dampak penuh COVID-19 di sini," kata Alexandre Naime, kepala departemen penyakit menular Universitas Negeri Sao Paulo.

Ia mengatakan satu-satunya perbandingan mungkin adalah penyakit yang dibawa oleh penjajah, seperti cacar, yang menghancurkan populasi asli ketika orang Eropa pertama kali tiba di Amerika.

Sementara sejarah itu sudah lama berlalu, Urbaez mengatakan Brasil hari ini tampaknya sama-sama pasrah dengan kematian COVID-19 yang akan datang.

Jumlah kematian akibat COVID-19 di Brasil sudah sangat mengerikan dan diperkirakan akan terus meningkat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News