Bu Mega Minta BMKG Tingkatkan Peta Rawan Untuk Petani

Bu Mega Minta BMKG Tingkatkan Peta Rawan Untuk Petani
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Screenshot

Sebab bagi PDIP, peta bencana dari BMKG sangat dibutuhkan oleh para kepala daerah dalam menjabarkan peta ruang dan tata kota.

PDIP sendiri memastikan bahwa semua kepala daerah dari partainya untuk selalu membasiskan tata kota wilayahnya berbasis pengetahuan di peta rawan bencana dikeluarkan BMKG.

"Seluruh peta bencana BMKG akan dijabarkan dalam peta ruang, arsitektur, dalam sistem desain rumah tahan gempa misalnya, sistem tata kota, sistem irigasi, perencanaan yang semesta sehingga kita sebagai bangsa sadar persoalan iklim dan bencana," kata Hasto.

Selanjutnya, Megawati juga mengharapkan rakyat Indonesia dan badan seperti BMKG bersedia belajar dari bangsa lain seperti Jepang dan China. Negara-negara itu dianggap berhasil membangun kesadaran rakyatnya akan kerawanan bencana.

Terkait dengan Sekolah Lapang BMKG yang dilaksanakan atas kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP, Hasto mengatakan pihaknya berharap ajang ini bisa menambah pengetahuan cuaca dan mengintegrasikan diri dengan aspek kebencanaan.

Maka itulah, kerja sama BMKG dengan Baguna PDIP, yang satu-satunya dimiliki parpol di Indonesia, adalah jalan kemanusiaan. 

"Kami bergerak tanpa pernah membedakan suku, agama, status sosial. Yang tak pilih PDI Perjuangan pun, Baguna wajib hadir dan menolong. Maka itu kami berterima kasih dukungan BMKG karena selama ini kita bekerja sama dengan baik," pungkas Hasto.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa berdasarkan data suhu udara dan intensitas hujan yang dikumpulkan sejak tahun 1900, menunjukkan adanya tren signifikan peningkatan suhu udara yang mencapai di atas 1 derajat celsius.

Di beberapa wilayah Indonesia, sudah mencapai lebih dari 1,2 derajat celsius. 

Sejak 1900, dicatat juga tren peningkatan curah hujan. Sebelum 1950, loncatan tersebut terjadi rata-rata 10-20 tahun sekali. Namun, sejak 1970, intensitas hujan dalam waktu satu atau dua hari mencapai sampai lebih dari 400 mm, seperti yang terjadi pada Januari 2020 yang lalu.

"Oleh karena itu, kalau lihat grafik ini, betapa lebih seringnya hujan ekstrem di 30 tahun terakhir yang mengancam kegiatan pertanian, pelayaran, dan keselamatan masyarakat," kata Dwikorita.

Di sisi lain, data pemantauan gempa bumi, jika di 2017, dari rata-rata 4 ribu-5 ribu gempa bumi pertahun, tahun 2017 menjadi lebih dari 7 ribu kali dengan berbagai magnitudo. Bahkan di 2018 dan 2019 mencapai lebih dari 11 ribu kali.

"Melalui sekolah lapang BMKG, baik sekolah lapang iklim, cuaca nelayan, geofisika, maka kami berupaya berjuang keras agar para petani, nelayan, dan masyarakat umum mampu bertahan, mampu selamat, beradaptasi dengan kondisi cuaca dan geofisika tersebut," kata Dwikorita. (tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

Bu Mega meminta BMKG memperbaharui distribusi peta rawan bencana serta informasi cuaca khususnya untuk kepentingan petani dan nelayan.


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News