Bulan Bung Karno
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Dalam versi 1 Juni Sukarno menempatkan sila ketuhanan pada urutan kelima.
Pada susunan versi Piagam Jakarta sila ketuhanan dinaikkan ke posisi pertama dan menambahi 7 kata ‘’disertai kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya’’.
Rumusan ini ditandatangani oleh anggota tim sembilan, termasuk A.A Maramis sebagai perwakilan masyarakat Kristen.
Akan tetapi, pada rapat 18 Agustus 1945, tujuh kata itu dihapus dan diganti dengan ‘’Yang Maha Esa’’.
Mohamad Hatta adalah pemrakarsa penghapusan 7 kata itu, karena pada malam harinya ia didatangi tiga orang yang memberi informasi intelijen bahwa wilayah Indonesia bagian timur akan memisahkan diri jika 7 kata itu tetap dicantumkan.
Ki Bagus Hadikusumo, pimpinan Muhammadiyah yang menjadi wakil Islam di BPUPKI, paling gigih menolak penghapusan itu.
Dia luluh setelah dibujuk oleh Kasman Singodimejo yang sama-sama berasal dari Muhammadiyah.
Dengan berat hati Ki Bagus Hadikusumo menyepakati penghapusan itu.
Puncak acara di Stadion Bung Karno menjadi statemen politik PDIP untuk menunjukkan kebesarannya.
- Prabowo: Saya Dibilang Presiden Boneka, Dikendalikan Pak Jokowi, Itu Tidak Benar
- Megawati Cs Gigit Jari, Pertamina Enduro Tembus Final Proliga 2025
- Live Streaming Final Four Proliga 2025 Seri Solo: Menanti Aksi Megawati
- Proliga 2025: Pelatih Gresik Buka Peluang Mainkan Megawati di Final Four Seri Solo
- Tim Hukum Hasto Bawa Bukti Dugaan Pelanggaran Penyidik KPK ke Dewas
- Rempang Eco City Tak Masuk Daftar PSN Era Prabowo, Rieke Girang