Buya

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Buya
Buya Syafii Maarif. ANTARA FOTO/Regina Safri/ss/Spt/aa.

Syafii lebih memilih jalan Islam sebagai rahmatan lil alamin, Islam sebagai perekat dan pengayom kebhinekaan.

Syafii lebih memilih jalan sebagai guru bangsa. Semua orang menghormatinya dan menyebutnya sebagai ‘’Buya’’, Abuya, bapak kita, bapak bangsa kita.

Sepeninggalan Cak Nur dan juga Gus Dur, Amien Rais dan Buya Syafii yang terus mewarnai dinamika pemikiran dan gerakan sosial-keagamaan serta politik di Indonesia.

Pada akhirnya, ketika sampai pada tataran politik praktis, dua pendekar Chicago itu berpisah jalan; Amien Rais konsisten menempuh jalur oposisi melawan rezim, Buya Syafii konsisten menempuh jalan dakwah kebinekaan bersama rezim Joko Widodo.

Sama-sama lahir dari rahim Muhammadiyah, dua tokoh ini memiliki ekspresi intelektual yang berbeda.

Pak Amien lebih kental dengan intelektual gerakan yang sangat kritis dan revolusioner menyatu dengan massa.

Sementara, Buya Syafii adalah cendekiawan yang menebar kasih menjahit keindonesiaan.

Teguh memperjuangkan hak-hak minoritas, pluralisme, dan menjaga kebhinekaan dengan tulus dan bijak

Buya Syafii Maarif lebih memilih jalan Islam sebagai rahmatan lil alamin, Islam sebagai perekat dan pengayom kebhinekaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News