Buya

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Buya
Buya Syafii Maarif. ANTARA FOTO/Regina Safri/ss/Spt/aa.

Buya Syafii mengidolakan Bung Hatta. Dua-duanya sama-sama urang awak dari ranah Minangkabau. Di mata Buya Syafii, Hatta ialah sosok yang memiliki wawasan keindonesiaan dan berintegritas sebagai muslim. Bagi Buya Syafii, Bung Hatta merupakan seorang tokoh nasionalis religius yang inklusif.

Perbedaan itu tidak menghilangkan respek di antara dua pendekar itu. Bagi Buya Syafii, Amien punya jasa besar dalam hidupnya. 

Dia bisa kuliah di Chicago karena rekomendasi Amien.

Peran Pak Amien besar ketika mendorong Buya menjadi ketua umum Muhammadiyah.

Amien memilih turun ke jalan untuk melawan rezim Soeharto sampai akhirnya lahirlah reformasi 1998 yang ditandai dengan kejatuhan Soeharto.

Rezim Soeharo yang sentralistik sedang berada pada puncaknya ketika dua cendekia muslim ini mulai menggarap agenda reformasi pada dekade 1990-an.

Pasca-Tanwir Muhammadiyah di Semarang pada 1998, Amien memilih ijtihad politik dengan menggulirkan gagasan suksesi dan reformasi total.

Isu-isu sensitif kekuasaan Soeharto yang digulirkan Amien memperoleh respon luas dari kelompok muslim yang kemudian meluas ke kalangan mahasiswa dan kelas menengah perkotaan secara umum. Gerakan civil society memperoleh momentumnya dan Amien menjadi salah satu ujung tombak yang penting.

Buya Syafii Maarif lebih memilih jalan Islam sebagai rahmatan lil alamin, Islam sebagai perekat dan pengayom kebhinekaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News