Cara Garuda Indonesia Kejar Laba

Cara Garuda Indonesia Kejar Laba
Pesawat Garuda Indonesia. Foto Ricardo/jpnn.com

Kerja sama itulah yang sebelumnya dinilai janggal oleh salah satu komisaris independen GIAA Chairal Tanjung.

Sebab, kerja sama terkait dengan penyediaan layanan wifi itu belum dilaksanakan. Namun, GIAA sudah berani mencantumkan dampak kerja sama tersebut.

Karena itu, laporan keuangan GIAA yang seharusnya rugi Rp 2,45 triliun tiba-tiba tampak menjadi untung Rp 11,3 miliar.

Atas hal itu, perseroan dan direksi GIAA sudah membayar denda total Rp 1,25 miliar serta mematuhi segala sanksi yang dijatuhkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengapa GIAA berani mencantumkan dampak kerja sama perseroan dengan Mahata dalam laporan keuangannya?

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko GIAA Fuad Rizal menyatakan, hal itu didorong pertumbuhan pendapatan lain-lain (auxiliary revenue) perseroan yang hanya 5 persen.

Angka tersebut terbilang rendah jika dibandingkan dengan kinerja maskapai lain yang auxiliary revenue-nya bisa mencapai 10–15 persen per tahun.

Selain itu, Mahata menawarkan kerja sama yang menggiurkan karena penyediaan layanan wifi dan inflight entertainment GIAA tidak perlu membutuhkan investasi lebih dulu oleh perseroan. Sementara itu, jika GIAA harus berinvestasi dulu di Mahata, biayanya akan mahal.

PT Garuda Indonesia Tbk optimistis terus mampu mencetak laba. Mereka berkaca pada kinerja pada kuartal I 2019.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News