Cara Istana Memberi Sanksi ke Andi Taufan Dinilai Hanya Basa-basi

Cara Istana Memberi Sanksi ke Andi Taufan Dinilai Hanya Basa-basi
Andi Taufan Garuda Putra (kanan) saat diajakPresiden Jokowi kunjungan kerja ke Subang, Jawa Barat, Jumat, 29 November 2019. Foto: BPMI Setpres

"Sejak awal saya melihat pembentukan staf khusus hanya menampung keberadaan kaum milenial. Seharusnya tidak dalam posisi staf khusus. Lagipula ini periode terakhir masa jabatan kedua dari Jokowi, aura Istana tidak sedang dalam kampanye," katanya.

Peraih penghargaan Sertificate of Merit 2014 dari WCO ini lebih lanjut menyatakan, tingkah pola Taufan di kala pandemi corona merebak, sangat berimbas negatif kepada keseriusan Jokowi dalam memerangi wabah covid-19.

"Akan lebih elok jika Taufan sendiri yang mundur. Klaim Amartha yang mengaku bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal & Transmigrasi juga harus diusut tuntas. Apakah pola kerja samanya dilakukan secara benar atau menggunakan jalur potong kompas," katanya.

Bagi mantan staf ahli bidang komunikasi di beberapa lembaga ini, keberadaan staf khusus juga sering melebihi porsi tugasnya. Fungsi juru bicara Istana kerap diambil.

"Tugas menteri juga sering diserobot karena pernyataan lintas bidang serta kali ini terbukti seorang staf khusus bisa mengeluarkan surat hingga ke camat-camat. Entah sudah berapa ratus atau ribu camat yang mendapat surat abal-abal itu," pungkas Ari. (gir/jpnn)

Ari Junaedi menilai, cara yang dilakukan Staf Khusus Presiden Jokowi, Andi Taufan Garuda Putra, sangat tercela dan memalukan.


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News