Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan

Mulai Undang Ketua RW hingga Temui Presiden

Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
PRA. Arief Natadiningrat, SE, Sultan Kasepuhan Cirebon XIV di Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat (Desember 2012). Foto: Sugeng Sulaksono / Jawa Pos
Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan penerus Kerajaan Pajajaran. Seperti Kesultanan Demak yang meneruskan  Kerajaan Majapahit. Demak dan Cirebon kemudian menjadi dua kerajaan Islam pertama yang kelak menjadi cikal bakal berdirinya negara RI.

Bedanya, Kasepuhan Cirebon masih sanggup mempertahankan berbagai orisinalitas di dalamnya. Termasuk menjaga silsilah keluarganya sampai sekarang.  "Barangkali (Kasepuhan Cirebon) yang hingga kini paling terjaga orisinalitasnya, khususnya dari aspek fisik," ujarnya.

Arief lalu mencontohkan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang masih utuh seperti aslinya ketika dibangun pada 1480. Masjid itu dibangun atas perintah Sunan Gunung Jati yang menunjuk Sunan Kalijaga sebagai pimpinan proyek dan Raden Sepat dari Majapahit sebagai arsiteknya. Di masjid itu juga terdapat soko tatal atau tiang dari serpihan kayu buatan Sunan Kalijaga.

Sementara itu, tiang masjid seangkatannya, yaitu Masjid Agung Demak, sudah ditidurkan dan diganti dengan yang baru. "Yang sezaman memang hampir punah semua," ucap raja kelahiran 5 September 1965 itu.

DALAM dua tahun pertama menjadi sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief Natadiningrat hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban lingkungan keraton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News