Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
Mulai Undang Ketua RW hingga Temui Presiden
Jumat, 04 Januari 2013 – 09:12 WIB

PRA. Arief Natadiningrat, SE, Sultan Kasepuhan Cirebon XIV di Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat (Desember 2012). Foto: Sugeng Sulaksono / Jawa Pos
"Dulu biaya operasional keraton sekitar Rp 10 juta per bulan, sekarang Rp 50 juta. Sedangkan pemasukan keraton sekarang sekitar Rp 20 juta per bulan, naik jika dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya Rp 6 juta," ulasnya.
Tentu saja pihak keraton harus bisa menutupi kekurangan biaya operasional yang lebih besar daripada pemasukan yang diperoleh setiap bulan itu. Arief pun rela mengeluarkan uang pribadi rata-rata Rp 20 juta per bulan untuk menutupi defisit biaya tersebut.
Untung, Arief memiliki bisnis di berbagai bidang usaha, mulai restoran hingga konstruksi. Dengan begitu, dana pribadinya itu masih bisa digunakan untuk menutupi kekurangan biaya operasional tersebut. "Tetapi, harus mulai dicarikan solusi agar tidak bergantung kepada orang per orang saja. Profesionalitas tetap perlu," kata pengurus Dewan Pembina Kadin Jawa Barat dan Dewan Pembina Himpi Jawa Barat itu.
Apalagi, di luar keraton itu, Kesultanan Cirebon masih mempunyai tanggung jawab di tempat lain yang membutuhkan perhatian. Antara lain, 200 wewengkon atau situs-situs peninggalan sejarah seperti masjid, makam, petilasan, gua, dan kolam yang tersebar di Kota dan Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, sampai Brebes (Jawa Tengah).
DALAM dua tahun pertama menjadi sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief Natadiningrat hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban lingkungan keraton.
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu