Cegah Hoax, Perlu Kecerdasan Menggunakan Media Sosial

Cegah Hoax, Perlu Kecerdasan Menggunakan Media Sosial
Ilustrasi. Foto: JPNN

Langkah ini sangat penting untuk mencegah terjadinya kegaduhan sebagai dampak dari penyebaran informasi yang salah atau bahkan hoax.

Menurutnya ada fase-fase bahwa tidak semua berita itu boleh dipublikasi karena bisa jadi suatu berita yang benar tapi tidak disukai sumber informasinya.

"Jangan karena hanya alasan itu benar, kita justru menyebarkan. Apalagi itu dilandasi rasa kebencian dan ketidaksukaan pada orang lain. Itu namanya ghibah. Dalam Alquran, ghibah itu dosanya sangat besar dan diumpamakan seperti memakan bangkai saudara sendiri," jelas Ni'am.

Setelah ghibah, tahap selanjutnya adalah fitnah. Menurut Ni'am, untuk menghindari fitnah, tabayun dan verifikasi itu sangat penting.

Artinya, bila tidak yakin berita itu benar, maka lebih baik berita itu tidak perlu disebar agar tidak menimbulkan fitnah. Bahkan kalaupun benar, verifikasi itu tetap diperlukan apakah bermanfaat atau tidak.

Hal-hal seperti inilah yang harus dipahami masyarakat dalam menggunakan kemudahan melalui medsos.

Terkait hal ini, lanjut Ni'am, MUI memiliki keprihatinan terkait fenomena medsos yang sering dijadikan alat provokasi, fitnah, hingga menebar kebencian.

Karenanya MUI sebagai wadah ulama dan cendekiawan muslim dalam kerangka mengemban amanah keagamaan dan keumatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memandang penting untuk memberikan pedoman tentang kaidah keagamaan saat bermedsos ria demi untuk kemaslahatan, bukan kemudharatan.

Media sosial (medsos) tengah menjadi primadona komunikasi di era modern. Namun, sayangnya keberadaan medsos ini membuat banyak orang kebablasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News