Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia

Menurutnya, ini merupakan gambaran dari batik sebagai sebuah kebudayaan yang berkembang sesuai masa.
"Batik itu memang menjadi kebudayaan, menjadi suatu cara yang dipakai, dihidupi, dan menghidupi orang. Karenanya dia bernilai sosial dan ekonomis juga," tutur Maria.

"Di zaman kerajaan Mataram Islam, kalau orang ke pegadaian, jaminannya adalah batik, orang mau lamaran bayarnya pakai batik, dan orang digaji dengan kain batik."
Namun, ia menyayangkan penghargaan warga terhadap pekerjaan pembatik yang semakin menurun.
Padahal menurutnya, pembuatan batik, terutama yang memerlukan ketelitian tinggi membutuhkan waktu produksi yang lebih lama.
"Penghargaan kita tidak berbanding lurus lagi dengan tradisi batik [karena] semuanya diuangkan," kata Maria kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Akhirnya kita memilih batik yang lebih kasar. Cap itu jawaban atas rentang panjang kerja batik tulis."
Perjalanan membatik Agus Ismoyo, seniman kelahiran Yogyakarta, menjadi semakin berwarna ketika berkolaborasi dengan suku Aborigin-Australia kurang lebih 30 tahun yang lalu
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya