Cerita Kepala Sekolah Mimpi Bertemu Perempuan Cantik, Oh Ternyata

Cerita Kepala Sekolah Mimpi Bertemu Perempuan Cantik, Oh Ternyata
Mengenakan pakaian khas yang biasa dipakainya saat mengobati pasien, Rintong berdiri di depan bengkel patah tulang, beberapa waktu lalu. Foto: AGUS PRAMONO/KALTENG POS

Kini ia telah menyadari amanah ayah yang memaksanya menjadi guru. Jika saat itu ia masih bertahan sebagai karyawan perusahaan, entah siapa yang akan melanjutkan mengurus SDN Gandrung. Apalagi, ia melihat antusiasme bersekolah dari anak-anak yang kini dipimpinnya, meski di tengah perekonomian yang bisa dikatakan masih lemah.

“Banyak guru dan kepala sekolah yang tidak betah dan memilih mengundurkan diri. Saya juga pernah mengundurkan diri, tapi bukan alasan tak betah. Alasan saya karena ingin bergantian dengan yang lainnya, karena selama 22 tahun saya menjabat sebagai kepala sekolah tanpa jeda,” kisahnya.

Menurutnya, setiap akhir masa jabatan selalu dilakukan evaluasi. Berdasarkan ketentuan, apabila kepala sekolah dinilai profesional dan bekerja dengan benar, maka yang bersangkutan akan diangkat kembali menjadi kepala sekolah.

“Seharusnya, jika sudah dua periode menjabat, maka saya tidak boleh menjabat lagi sebagai kepala di sekolah di sekolah yang sama. Mau tak mau harus pindah. Tetapi nyatanya sampai 22 tahun saya tetap menjadi kepala sekolah,” kata pria kelahiran 12 Oktober 1965 silam.

Diakuinya, sudah tiga kali dirinya melayangkan surat pengunduran diri, dengan alasan agar bergantian tugas dengan guru lain. Lagi-lagi, Dinas Pendidikan menolak. Terakhir ia melayangkan surat pengunduran diri adalah 2018 lalu.

“Ya, saya jalani saja. Saya merasa bahwa saya dipercaya untuk mengurus sekolah itu. Amanah ini harus dijaga. Ini sebagai motivasi agar anak-anak didik bisa berhasil dan menjadi anak yang sukses ke depannya,” ungkap Rintong.

“Saya bersyukur, saat ini jalan menuju ke sekolah tidak seperti dahulu. Sekarang sudah dibangunkan jalan oleh pemerintah daerah, bukan oleh perusahaan sekitar,” tambahnya.

Sudah 33 tahun Rintong mengabdi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tak hanya itu. Meski di tengah kesibukannya menjadi guru, pria berkulit sawo matang ini pun membuka pelayanan bagi mereka yang mengalami patah tulang.

Rintong, kepala sekolah SDN Gandrung, Paku, Barito Timur, Kalteng, punya kemampuan mengobati patah tulang setelah mimpi bertemu perempuan cantik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News