Cerita Pemilik Kedai Kopi saat Dihantam Kebijakan Pembatasan Jam Malam di Depok

Cerita Pemilik Kedai Kopi saat Dihantam Kebijakan Pembatasan Jam Malam di Depok
Salah satu pelanggan tengah menunggu pesanan kopinya di Mokuton Coffee & Co, Depok, Rabu (9/9). Foto: Dicky Prastya/JPNN

Bahkan, dalam sehari ia pernah mendapatkan pemasukan sebesar Rp 200 ribu saja per harinya.

“Sejak adanya jam malam ini, penghasilan turun sekitar 50-70 persen dibandingkan dengan keadaan new normal waktu itu. Kemarin, kami pernah mendapatkan pemasukan Rp 200 ribu doang per harinya,” ujarnya lesu.

Nicko bercerita, pandemi corona ini memang menjadi momok bagi bisnis food and beverage (FnB) miliknya. Sejak awal masuknya Covid-19 ke Indonesia, ia mengaku banyak dari pelangganya yang merasa takut untuk keluar rumah.

“Pemasukan acak-acakan sejak itu. Bahkan, kami sempat tutup karena kebingungan harus berbuat apa. Para pelanggan yang biasa datang memutuskan untuk berdiam diri di rumah, mereka ketakutan,” papar Nicko.

Ia mengaku, sebelum adanya pagebluk ini, pemasukan di kedai kopinya bisa mencapai Rp 1,2 hingga Rp 1,7 juta per hari.

Namun semenjak saat corona datang, pemasukan kedainya menurun tajam.

“Di awal corona, saya mengubah bisnis dari dine-in menuju take away. Namun, pemasukan saat itu hanya berkisar Rp 200 ribu per harinya. Drastis sekali,” kenang Nicko.

Momen ini membuat Nicko terpaksa merumahkan para karyawannya selama seminggu.

Sejak itu, ia sendiri yang melayani para pelanggan dengan metode take away ini.

Di sisi lain, harga bahan untuk membuat kopi juga justru mengalami kenaikan.

Padahal, Nicko mengaku keadaan ekonomi saat itu justru sedang lesu.

“Di saat harga-harga bahan pokok naik, saya memilih untuk menurunkan harga untuk menarik pelanggan,” jelasnya.

Harapan mulai datang saat kebijakan new normal diberlakukan di Depok.

Pemasukan yang awalnya hanya Rp200 ribu perlahan bangkit menjadi Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per harinya.

Sayang, Nicko kecele. Momentum kebangkitan ini hancur lantaran adanya pembatasan jam malam.

Ia harus kembali memutar otak untuk mempertahankan bisnisnya di tengah kebijakan baru.

“Akhirnya saya hidupkan kembali metode take away mulai hari ini. Saya ajak teman-teman yang biasa datang untuk membeli produk kami dengan kemasan botolan. Pesanan itu nanti akan kami antar langsung secara gratis menuju rumah si konsumen,” katanya.

Salah satu pegawai Mokuton, Reza Fadil Mustofa, turut merasakan imbas pembatasan jam malam tersebut.

Di satu sisi, Fadil senang karena perubahan jadwal operasional ini tak membuat kerjanya berat.

Namun di sisi lain, pelanggan yang tak ramai membuatnya kebingungan karena minimnya pemasukan.

“Saat tidak ada pembatasan jam malam, saya lelah secara fisik. Namun, saat ini, justru saya lelah secara batin. Itu justru yang malah berat,” ujar Fadil. (mcr4/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

Kebijakan pembatasan jam malam di Depok membuat pelaku bisnis menjadi kalang kabut.


Redaktur & Reporter : Dicky Prastya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News